SOLOPOS.COM - Para warga yang membawa hewan ternaknya ke lapangan Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur untuk diungsikan lantaran takut banjir semakin meninggi, , Minggu (10/3/2024). (Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI – Warga di Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terpaksa mengungsikan hewan ternaknya di lapangan dan jalan area persawahan desa setempat, Minggu (10/3/2024). Warga tersebut membawa ternaknya itu karena takut banjir yang terjadi di wilayah itu akan terus naik dan bisa membahayakan hewan ternak.

Banjir terjadi di sejumlah lokasi di Kabupaten Ngawi akibat meluapnya Sungai Madiun dan Sungai Bengawan Solo pada Minggu. Salah satu yang banjir terjadi di Desa Kersikan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sejak Minggu pagi, para warga nampak membawa hewan ternaknya berupa kerbau, sapi, dan kambing ke lapangan desa Kersikan untuk diungsikan menyusul genangan air di wilayah desa tersebut sudah mulai naik. Banjir yang melanda Desa Kersikan itu berasal dari luapan Sungai Madiun. Ketinggian banjirnya juga bervariatif mulai dari 20 cm hingga 30 cm.

Kendati belum sempat memasuki rumah, para warga mengaku trauma dengan kejadian banjir besar yang melanda Kabupaten Ngawi 2007 lalu. Pada saat itu, banyak ternak warga yang terjebak dan mati akibat terendam banjir.

Seorang warga Desa Kersikan, Suradi, mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi air terus meningkat yang nantinya menyusahkan untuk mengevakuasi hewan ternaknya. Menurut dia, air di rumahnya sudah mulai tinggi hingga semata kaki orang dewasa.

“Air mulai tinggi di rumah dan antisipasi agar sapi juga aman saya ungsikan dulu, kalau tidak sapi-sapi takut pada air dan malah sulit untuk mengungsikannya,” katanya.

Menurutnya, selain karena kondisi kandang yang tidak bisa digunakan, hewan ternak diungsikan agar tidak terserang penyakit. Karena, makan dan minum bercampur dengan air yang mengandung lumpur.

“Kalau dibiarkan nanti bisa mati. Selain itu juga takut hanyut,” tambahnya.

Warga lain, Ujang, mengaku trauma dengan kejadian banjir pada 2007 silam. Pada saat itu, ketinggian air di rumahnya mencapai 2 meter dan tidak sempat menyalamatkan harta bendanya. Apalagi banjir kali ini hingga Minggu siang belum ada tanda-tanda surut.

“Pernah terjadi banjir besar mas pada 2007 lalu. Itu paling parah banyak sapi dan kambing yang mati. Makanya ini kami antisipasi dan kami bawa kesini karena tempatnya agak tinggi. Sewaktu-waktu banjir bisa langsung dinaikkan kendaraan untuk dibawa ke tempat yang lebih aman,” kata Ujang.

Ujang menambahkan, dirinya dan para warga lain akan tetap mengungsikan ternaknya di lokasi tersebut sampai ada tanda-tanda banjir mulai surut. Para warga memilih menunggu hewan ternaknya di lokasi tersebut ketimbang mengambil resiko mengembalikannya ke kandang.

“Kalau banjirnya belum surut ya terpaksa kami taruh sini dulu mas. Mungkin nantinya bergantian untuk menjaga pada malam hari,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya