SOLOPOS.COM - Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPP & PA) Magetan ang menangani dugaan kasus perundungan dikalangan sekolah,Kamis (25/1/2024).(Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, MAGETAN — Seorang siswi di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, enggan bersekolah selama enam bulan terakhir. Penyebabnya, siswi tersebut menjadi korban bullying atau perundungan teman sebayanya.

Anak itu memilih tidak masuk sekolah dan terus-menerus mengurung diirinya sendiri di dalam kamar tidur.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Terungkapnya kasus perundungan di kalangan pelajar SMP itu berawal dari laporan pihak sekolah yang menyatakan salah satu siswinya membolos sekolah hingga enam bulan. Selama rentang waktu tersebut, siswi SMP itu memilih mengurung diri di kamar, keluar hanya untuk kebutuhan makan atau ke kamar kecil.

Miris melihat kondisi muridnya, salah satu guru melaporkan kejadian itu kepada Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPP & PA) Magetan untuk meminta pendampingan terhadap anak itu.

Plt. Kepala DPPKBPP & PA Magetan, Jaka Risdiyanto, mengatakan dari hasil kunjungan yang dilakukan petugas Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, diketahui siswi tersebut bahkan sempat tiga hari tidak mau mandi dan hanya berdiam diri di kamar yang terkunci dari dalam. Di dalam kamar itu juga dipenuhi sampah dan piring yang menumpuk.

Yang lebih miris lagi, perundungan itu sudah dialami siswi tersebut sejak dirinya duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD). Korban kerap mengalami kekerasan verbal dari teman-temannya dan bahkan dikucilkan.

“Dari pengakuannya, dia mengalami perundungan sejak kelas VI SD oleh rekannya. Dikatakan dia miskin, tidak punya HP hingga dikucilkan,” ujar Jaka, Kamis (25/1/2024).

Dari hasil pemeriksaan screening yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, siswi tersebut terdeteksi ada indikasi gangguan emosional sehingga perlu dilakukan pendampingan oleh psikolog. Siswi tersebut juga sempat berujar ingin pindah ke pesantren lantaran trauma jika kembali ke sekolah lamanya.

“Siswi ini mulai menutup diri dan mulai bermasalah dengan emosionalnya. Kita upayakan adanya pendampingan oleh psikolog. Dari hasil pendampingan yang kita lakukan siswi tersebut berkeinginan pindah ke pesantren,” tambahnya.

Jaka menambahkan, pihaknya mengimbau kepada para orang tua atau wali murid agar meningkatkan pengawasan terhadap anak. Jika anak sudah mulai malas masuk sekolah dan menjadi pendiam agar segera konsultasi dengan guru BK ataupun ke DPPKBPP dan PA Magetan.

“Kecenderungan enggan masuk sekolah harus diwaspadai orang tua, mungkin saja si anak jadi korban perundungan di sekolah. Saat ini masih dilakukan upaya untuk pindah ke pesantren,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya