SOLOPOS.COM - Masjid Cheng Hoo Surabaya. (duniamasjid.islamic-center.or.id)

Solopos.com, SURABAYA — Di Indonesia, mayoritas masjid dibangun dengan gaya arsitektur khas Timur Tengah. Namun, ternyata ada beberapa masjid d Indonesia dibangun dengan pengaru gaya arsitektur lain. Salah satunya adalah Masjid Raya Cheng Hoo atau yang lebih akrab disebut Masjid Cheng Hoo. Masjid ini dibangun dengan konsep menyerupai sebuah kelenteng.

Lokasi Masjid Raya Cheng Hoo ini berada di Jalan Gading, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini merupakan salah satu dari sekian banyak tempat bersejarah yang dibangun oleh masyarakat etnis Tionghoa.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dikutip dari laman eastjava.com, Masjid Raya Cheng Hoo dibangun atas inisiasi dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Pembangunan masjid ini dimulai dari peletakan batu pertama yang dilaksankan pada 15 Oktober 2001 yang bertepatan dengan hari raya Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Tempat peribadatan umat Islam yang satu ini dikenal akan kemiripannya dengan kelenteng. Selain itu, penamaan dari masjid ini juga terinspirasi dari seorang figur ternama dari Tiongkok pada zaman Dinasti Ming, yakni Laksamana Cheng Hoo atau Zheng He.

Mengutip buku Zheng He: China and the Oceans in the Early Ming Dynasty, 1405-1433 karya Edward L Dreyer, Zheng He merupakan seorang pelaut yang lahir dari keluarga Muslim di Yunnan. Ia terkenal akan petualangannya mengarungi samudera sebagai diplomat untuk Dinasti Ming. Salah satu tempat yang ia kunjungi adalah Indonesia. Selain itu, dikutip dari The Brunei Times, Zheng He juga berjasa dalam penyebaran agama Islam dan pembangunan komunitas Tionghoa muslim di Indonesia.

Masjid Raya Cheng Hoo dapat mengakomodir sebanyak 200 orang yang ingin beribadah. Luas bangunan masjid ini adala 11 X 9 meter persegi. Dua angka ini memiliki unsur simbolisme tertentu, yakni ukuran Kakbah pada saat awal dibangun untuk angka 11 dan sembilan tokoh penyebar agama Islam Wali Songo untuk angka 9.

Masjid berarsitektur budaya Tionghoa ini didominasi warna merah, hijau, biru, dan kuning. Dikutip dari duniamasjid.islamic-center.or.id, dalam kepercayaan Tionghoa, warna merah menyimbolkan kebahagiaan, kuning untuk kemasyhuran, hijau meurpakan simbol kemakmuran, dan biru bermakna harapan.

Masjid Cheng Hoo ini juga dilengkapi ornamen ala Tiongkok klasik. Seperti adanya relief naga dan patung singa yang terbuat dari lilin di bagian depan. Selain itu atap bangunan yang menyerupai pagoda tiga tingkat dengan lafaz Allah di puncaknya.

Masjid ini tidak memiliki pintu, ini menunjukkan keterbukaan. Masjid merupakan tempat yang dapat digunakan oleh siapa pun tanpa memandang etnis untuk beribadah. Melalui filosofi ini, diharapkan masjid bisa eksis sebagai jembatan bagi segala keanekaragaman suku dan etnis di Indonesia.

Sementara itu, di bagian utara masjid terdapat miniatur berbentuk kapal yang merupkan miniatur kapal Laksamana Cheng Hoo. Miniatur ini diletakkan di suatu kolam kecil dengan dinding berlukiskan wajah Muhammad Cheng Hoo. Ornamen ini semakin menegaskan visi dan misi pembangunan masjid sebagai monumen penghormatan terhadap tokoh muslim Tingkok itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya