SOLOPOS.COM - Para pekerja sedang mengemas kunyit kering yang akan di ekspor ke India di Desa Truneng, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Kamis (2/11/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Kabupaten Ponorogo saat ini menjadi salah satu sentra penghasil komoditas kunyit yang diperhitungkan. Rimpang kunyit yang dihasilkan para petani sejumlah desa di Ponorogo telah dikirim ke Jakarta dan kota besar lain di Indonesia. Selain itu, kunyit hasil petani Ponorogo juga telah diekspor ke luar negeri.

Kunyit yang dulunya tidak dilirik oleh petani, kini menjadi salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani di sepuluh desa yang tersebar di tujuh kecamatan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Para petani tidak hanya menanam kunyit di lahan hutan, tetapi juga menanamnya di pekarangan rumah, lahan pinggir jalan, hingga ditanam sebagai tanaman tumpang sari.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Potensi itu semakin berkembang saat program Desa Sejahtera Astra (DSA) masuk di Ponorogo pada 2021. Pemberdayaan kepada petani dilakukan dan pembangunan ekosistem ekonomi berbasis tanaman kunyit pun dikembangkan.

Pusat pemberdayaan petani kunyit berada di Desa Truneng, Kecamatan Slahung. Di desa itu ada satu kawasan khusus yang menjadi pusat pengelolaan kunyit dengan target pasar internasional. Sebelumnya, petani setempat mengeringkan kunyit dengan sistem konvensional yang rawan gagal dan membutuhkan waktu lama. Namun, setelah program DSA masuk dan memberikan bantuan berupa solar dome, aktivitas produksi kunyit kering pun bisa optimal dan tak tergantung dengan kondisi cuaca.

Awak Solopos.com mendatangi pusat pengolahan kunyit di Desa Truneng, Kamis (2/11/2023) siang. Terlihat lima orang pria sedang melakukan aktivitas di dalam solar dome berukuran 600 meter persegi. Ada yang membersihkan potongan kunyit yang sudah dikeringkan dan ada juga yang mengemasnya ke dalam karung. Aktivitas itu dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

Pendamping Desa Sejahtera Astra (DSA) Ponorogo, Slamet Riyanto, menceritakan tanaman kunyit banyak ditanam masyarakat di Ponorogo. Namun, selama ini yang banyak dikelola adalah kunyit Super dan kunyit Mpu. Sedangkan kunyit Leles, belum begitu dilirik.

“Untuk kunyit jenis Super dan Mpu itu biasanya dijual basah di pasar Jakarta dan kota-kota besar lain. Setiap hari ada puluhan ton yang dikirim. Tetapi untuk jenis kunyit Leles atau yang bentuknya kecil-kecil, itu banyak yang dibuang karena memang tidak laku untuk dijual basah,” kata dia saat ditemui di Desa Truneng, Kamis.

Sebenarnya, kata dia, untuk jenis kunyit Leles sebagian sudah dikeringkan. Namun, proses yang dilakukan masih konvensional dengan cara dijemur di luar. Padahal, saat dikeringkan potongan kunyit ini tidak boleh terkena air, karena bisa berpengaruh pada kualitas dan ketahanan.

pertanian kunyit ponorogo
Pengeringan kunyit di solar dome yang ada di Desa Sejahtera Astra (DSA) Desa Truneng, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Kamis (2/11/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Untuk mengatasi kondisi itu, kata Slamet, pihaknya melalui program DSA memberikan bantuan solar dome. Perangkat ini digunakan untuk proses pengeringan yang tidak bergantung cuaca dan mempersingkat waktu. Kalau menggunakan cara konvensional, pengeringan kunyit membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Namun, dengan solar dome ini pengeringan bisa dipersingkat antara satu hingga dua hari.

Bukan hanya itu, inovasi pengeringan ini juga berjalan dengan konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Setelah ada inovasi solar dome ini, berarti kan kebutuhan bahan baku kunyit itu semakin banyak. Dari situ mulai terbentuk ekosistem ekonomi dengan komoditas kunyit,” jelasnya.

Kebutuhan bahan baku berupa kunyit yang semakin banyak tentu harus diimbangi dengan hasil panen kunyit dengan jumlah besar pula. Para petani pun mulai tertarik untuk membudidayakan tanaman ini. Dampaknya, lahan-lahan yang sebelumnya mati kini ditanami tanaman yang memiliki nama ilmiah Curcuma Longa itu. Bukan hanya di satu desa, tetapi gerakan budi daya kunyit dalam sekejap juga dilakukan warga di sepuluh desa.

Slamet memerinci sepuluh desa yang didampingi yaitu di Desa Jrakah, Kecamatan Sambit; Desa Kalisat, Kecamatan Bungkal; Desa Slahung dan Desa Broto di Kecamatan Slahung; Desa Baosan, Kecamatan Ngrayun; Desa Tegalombo dan Desa Desa Jonggol di Kecamatan Kauman; Desa Pagerukir dan Desa Gelangkulon di Kecamatan Sampung; dan Desa Banaran, Kecamatan Pulung.

“Sepuluh desa ini dipilih karena tercatat sebagai desa yang masyarakatnya banyak menanam kunyit,” jelas dia.

Hasil panen kunyit Leles dari sepuluh desa ini kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan di Desa Truneng. Sedangkan dua jenis panen kunyit lain, yaitu Super dan Mpu, bisa dijual sendiri secara basah di pasar nasional.

Sepuluh desa yang menjadi binaan tersebut pun rutin mengirim hasil panen kunyit ke pusat pengolahan di Desa Truneng. Namun, karena permintaan ekspor tinggi dan hasil dari sepuluh desa tersebut tidak mencukupi. Pada 2022, DSA Ponorogo di Truneng menerima kiriman dari Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi.

“Pada 2022, sebanyak 1.300 kunyit kering berhasil diekspor ke India,” jelas dia.

Slamet menuturkan saat ini kunyit kering hasil dari petani Ponorogo diekspor ke negara India. Namun, saat ini pihaknya juga sedang penetrasi pasar di Cina dan Eropa.

pertanian kunyit ponorogo
Para pekerja sedang mengemas kunyit kering yang akan di ekspor ke India di Desa Truneng, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Kamis (2/11/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Local Champion Desa Sejahtera Astra (DSA) Ponorogo, Maspiah, mengatakan produksi kunyit kering dari kelompoknya secara rutin diekspor ke India. Sebenarnya permintaan India cukup banyak, yakni mencapai 3.000 ton per tahun. Namun, pihaknya belum bisa memenuhi target tersebut. Dalam catatannya, ia hanya mampu maksimal mengekspor 1.700 ton.

“Bulan Agustus kita sudah kirim 400 ton kunyit kering ke India,” kata dia, Kamis.

Untuk harga kunyit Leles yang menjadi bahan baku kunyit kering ekspor harganya tergolong stabil. Pada periode ini, harganya mencapai Rp2.000 per kilogram. Padahal sebelumnya, harga kunyit Leles cuma Rp200-Rp300 per kilogram.

“Kalau dulu petani memandang sebelah mata kunyit Leles, sekarang justru menjadi primadona. Harganya lumayan tinggi,” ujarnya.

Produk Turunan Kunyit

Setelah ekosistem di sisi produk terbentuk, yaitu tersedianya bahan baku, standardisasi produk ekspor tertata, hingga pasar ekspor tersedia. Pada tahun ketiga ini, DSA Ponorogo fokus pada pengembangan produk turunan kunyit.

Slamet Riyanto menyampaikan setelah produk kunyit ini sudah membentuk bisnisnya sendiri. Saat ini, pengembangan akan ke produk turunan. Pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang dalam pengembangan produk kunyit.

Slamet mengatakan produk turunan yang dikembangkan adalah distilasi kunyit menjadi curcuma oil atau minyak kunyit dan teh kunyit. Dengan diubah menjadi minyak kunyit, harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah untuk satu botol kecil. Sedangkan produk teh kunyit dengan merek Tearmeric juga sudah dijual secara bebas di pasaran.

“Minyak kunyit itu pasarnya di Cina dan Eropa sangat luar biasa. Makanya kita arahkan ke produk turunan itu. Harapannya, nanti kunyit yang dikeringkan hanya 70 persen yang diekspor, sedangkan 30 persen dibuat bahan baku produk turunan,” terang Slamet.

Tidak sampai di situ, saat ini pihaknya juga akan mengelola limbah yang dihasilkan dari proses pengeringan kunyit. Proses pembersihan kunyit kering itu menghasilkan limbah, selama ini limbah tersebut terbuang sia-sia. Namun, ternyata limbah ini bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak yang penuh nutrisi.

Untuk produk ini, kata dia, pihaknya akan menandatangani kerja sama dengan salah satu Bumdes di Kabupaten Blitar yang bergerak di bidang peternakan kambing pada bulan ini.

“Jadi program ini adalah zero waste artinya bebas sampah. Seluruh bagian dari kunyit bisa dimanfaatkan dan bisa dijual,” kata dia.

Dampak DSA

Program Desa Sejahtera Astra di Kabupaten Ponorogo ini berdampak langsung terhadap perekonomian masyarakat setempat. Banyak warga terbantu secara ekonomi dari program ini.

Local Champion DSA Ponorogo, Maspiah, kepada Solopos.com mengatakan saat ini ada ratusan petani dari sepuluh desa binaan yang rutin mengirim panen kunyit ke tempatnya, yaitu UD Perdana. Dengan dibeli dengan harga tinggi, tentunya kondisi tersebut berdampak kepada perekonomian warga.



Selain itu, karena melimpahnya bahan baku, ia kini juga bisa mempekerjakan tujuh orang karyawan dalam proses pengeringan kunyit.

Maspiah menuturkan pihaknya juga terus menggencarkan pertanian kunyit kepada masyarakat yang belum pernah menanamnya. Caranya dengan membagikan sekitar 30 ton bibit kepada warga dan memberikan uang tanam kepada mereka pada tahun ini.

“Per desa kita kasih bibit kunyit sekitar 2 ton, nanti dari desa dibagi-bagi. Ini tujuannya supaya saling berkesinambungan. Masyarakat bisa menjual hasil panennya, kami butuh hasil panen untuk bahan baku produksi,” jelasnya.

Seorang warga Desa Slahung, Hariyono, 40, mengatakan dirinya sudah dua tahun terakhir mengembangkan pertanian kunyit. Saat ini ia memiliki lahan sekitar 1.000 meter persegi yang ditanami kunyit.

pertanian kunyit ponorogo
Slamet Riyanto, pendamping Desa Sejahtera Astra (DSA) Ponorogo, menunjukkan teh kunyit yang dihasilkan petani setempat, Kamis (2/11/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Menurutnya, harga kunyit saat ini lumayan tinggi dan hasil panen pun pasti terserap. Sehingga ia tidak perlu bingung saat hasil panen melimpah.

“Saya serius menggarap kunyit. Karena hasil panennya memang lumayan ya. Bisa menambah penghasilan,” ujar dia, Kamis.

Sementara itu, bagi Slamet Riyanto, pendamping DSA Ponorogo, inti dari pemberdayaan adalah membentuk pola pikir. Dalam program DSA, para petani dan pelaku usaha kunyit didampingi untuk bisa mandiri dalam pengelolaan suatu produk dan membangun ekosistem pasar dari suatu komoditas.

“Kami ingin membangun maindset, bahwa orang ketika membutuhkan kunyit itu yang terlintas dalam pikiran adalah Ponorogo. Orang Cina, India, Amerika, kalau membutuhkan kunyit ya di Ponorogo,” ujar dia.

Slamet menyampaikan konsep solar dome yang dikembangkan di Desa Truneng juga bisa direplikasi oleh warga lain. Sehingga kelompok petani dari desa lain bisa menirunya, sehingga mereka bisa memproduksi kunyit kering sendiri. Benar saja, banyak petani yang datang ke pengolahan kunyit di Truneng untuk meniru konsep tersebut.



Menurutnya, konsep ini menjadi bagian yang penting untuk menciptakan 10.000 desa eksportir dan desa mandiri.

“Kami memang menciptakan iklim seperti itu. Artinya petani bisa mereplikasi program ini, nanti penjualan produk bisa ikut yang sudah ada atau mencari pasar sendiri. Itu yang menjadi visi kami di DSA dan local champion,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan program ini juga mendapat dukungan dari Pemkab Ponorogo. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, bahkan menerbitkan Surat Edaran Nomor 140/913/405.14/2022 yang intinya setiap RT di Ponorogo untuk membeli bibit kunyit dan menanam di lingkungannya.

Menurut Slamet, kebijakan Pemkab Ponorogo itu menjadi dukungan positif bagi program pemberdayaan ini. Kebijakan itu juga menjadi penambah tenaga bagi penamping yang selama ini menemani para petani untuk bertumbuh bersama

“Dengan kebijakan itu, paling tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menanam kunyit. Apalagi di Ponorogo banyak lahan kosong yang nganggur. Ini menambah tenaga kami sebagai fasilitator,” kata dia.

Mengenai tindak lanjut program pemberdayaan ini, Slamet berencana pada tahun ini melakukan perluasan area tanam ke 10 desa baru dengan luas tanam masing-masing desa seluas 2 hektare. Selain itu juga menambah area tanam di 10 desa yang menanam pada 2022 sebanyak masing-masing 5 hektare atau 50 hektare. Sehingga jumlah total luas tanam yang ditambahkan pada tahun ini seluas 70 hektare.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya