SOLOPOS.COM - Warga Desa Watualang, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur saat sedang mencari ikan dan udang di Sungai Bengawan Solo, Jumat (10/5/2024).(Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI – Warga Desa Watualang, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berbondong-bondong pergi ke Sungai Bengawan Solo untuk berburu ikan mabuk, Jumat (10/5/2024). Ikan-ikan itu diduga mabuk karena limbah pabrik dibuang ke sungai.

Warga sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo menyebut fenomena ikan mabuk dan menepi ke pinggir sungai itu dengan istilah pladu. Fenomena tersebut muncul ancap kali air sungai sudah mulai berubah warna menjadi cokelat pekat kehitam-hitaman atau malah hitam pekat.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Pladu ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung putih pertanda limbah sudah mulai menyebar dan mencemari air. Selain warna air sungai berubah, juga muncul bau.

Setelah pertanda muncul, beberapa jam kemudian, ikan dan udang mulai menepi dan muncul ke pinggiran sungai. Pada saat itulah warga berbondong-bondong memanen ikan yang mabuk itu.

Ada beragam jenis ikan mabuk yang bisa ditangkap warga dengan mudah. Seperti ikan wader, tawes, ikan jambal dan berbagai jenis ikan air tawar lain selain ikan, udang berbagai jenis juga ikut menepi dan bisa ditangkap menggunakan tangan kosong.

Bayu, warga yang ikut memanen ikan mabuk itu mengatakan pladu yang terjadi kali ini sudah terjadi sejak Jumat pagi. Namun ikan baru mulai menepi pada saat siang hari sampai sore hari.

“Bengawan Solo sedang terjadi pladu sejak tadi pagi mas. Makanya kami ke pinggiran sungai untuk menangkap ikan maupun udang yang menepi,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat.

Hingga siang hari, Bayu terlihat sudah mampu mengumpulkan satu ember penuh udang dan ikan wader. Ikan dan udang tersebut dia tangkap menggunakan tangan kosong.

“Tidak punya jaring, makanya hanya cari udang dan ikan dengan tangan saja. Kali ini pladunya belum parah, kalau parah ikan-ikan besar biasanya muncul dan mudah untuk ditangkap,” lanjutnya.

Sementara itu, Rizal Kurniawan warga yang juga ikut mengais ikan mabuk itu mengatakan, pladu yang terjadi di Bengawan Solo ini tidak bisa diprediksi periode waktunya. Tegantung dengan jadwal pembuangan limbah pabrik-pabik yang diduga mencemari sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.

“Tidak tentu waktunya, sebulan sekali atau seminggu sekali tidak ada yang tahu. Kadang malam hari juga bisa pladu,” ungkapnya.

Rizal mengaku sering memanfaatkan momen pladu Sungai Bengawan Solo itu untuk mencari ikan-ikan besar. Selain gampang cara menangkapnya, jika cemaran limbahnya parah ikan besar juga banyak yang minggir.

“Warga sekitar sampai membuat WhatsApp grub  untuk share info spot-spot ikan muncul kalau lagi pladu,” ujarnya.

Meski limbah dari pabrik itu mendatangkan rezeki bagi sebagian warga, namun tak jarang para petani yang mengeluhkan kondisi tersebut. Pasalnya, ditakutkan air Bengawan Solo yang tercemar limbah dikhawatirkan membuat tanaman para petani mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya