SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, MALANG — Pasca kebakaran hebat yang terjadi di kawasan Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) beberapa waktu lalu, kini kawasan savana atau padang rumput di kawasan tersebut kembali ditumbuhi vegetasi. Proses vegetasi itu tumbuh secara alami.

Ketua Tim Data Evaluasi Kehumasan Balai Besar TNBTS, Hendra, mengatakan sebagaian besar wilayah terdampak kebakaran hutan dan lahan di Gunung Bromo sudah mulai ditumbuhi vegetasi melalui proses suksesi alam.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Sebagian besar sudah ditumbuhi dengan vegetasi rumput dan pakis yang dominan,” kata dia saat dikonfirmasi di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (15/10/2023).

Dia mengatakan meskipun mayoritas kawasan yang terdampak kebakaran sudah ditumbuhi vegetasi berupa rumput dan pakis. Namun, masih ada beberapa titik yang memiliki vegetasi campuran terlihat hitam bekas sisa kebakaran hutan dan lahan.

Menurutnya, langkah penanaman pohon di kawasan tersebut, akan dilakukan dalam waktu dekat. Pihak Balai Besar TNBTS masih menyiapkan sejumlah kelengkapan seperti bibit pohon yang menjadi vegetasi endemik di kawasan itu.

“Hanya pada lokasi tertentu yang memiliki vegetasi campuran seperti pohon cemara dan akasia, masih terlihat sisa kayu hitam bekas kebakaran, seperti di Blok Bantengan. Untuk penanaman kembali, akan dilakukan dalam waktu dekat,” katanya yang dikutip dari Antara.

Hendra menambahkan pascadibukanya kembali kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru usai terjadi peristiwa kebakaran hutan dan lahan sejak 19 September 2023, kunjungan wisatawan sudah mulai mengalami peningkatan.

“Terkait kunjungan ke kawasan Bromo, sudah mulai banyak. Kurang lebih 80-90 persen dari total kuota [2.700 pengunjung] yang ditetapkan per hari,” katanya.

Balai Besar TNBTS mencatat nilai kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dipicu penggunaan suar atau flare mencapai Rp8,3 miliar dengan total area terdampak seluas 989 hektare. Akibat kebakaran itu, kawasan tersebut ditutup pada 6-18 September 2023.

Nilai kerugian tersebut mencakup biaya pemadaman darat kurang lebih Rp216 juta dan kerugian akibat hilangnya habitat dengan pendekatan biaya pemulihan ekosistem sebesar Rp3,26 miliar dan kerugian akibat hilangnya jasa rekreasi hingga 14 September 2023, Rp4,87 miliar.

Sebagai informasi, kawasan taman nasional tersebut ditutup pada 6-18 September 2023 akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan itu. Proses pemadaman sendiri dilakukan pada 6-14 September 2023, dengan mengerahkan ratusan personel gabungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya