SOLOPOS.COM - Hamparan tanaman padi di Desa Tamanarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang sudah mulai layu akibat kekurangan air, Rabu (20/12/2023). (Solopos.com/ Yoga Adhitama)

Solopos.com, MAGETAN — Sudah 18 hari hujan tidak mengguyur sebagian wilayah di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Hal itu membuat tanaman padi milik petani yang baru ditaman terancam kering dan mati.

Salah satunya dialami oleh Suwandi, petani asal Desa Tamanarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Dia mengaku saat ini tanamn padinya sudah mulai mengering dan layu akibat kekurangan air. Suwandi terpaksa menyedot sisa-sisa air dari sungai yang mulai mengering untuk mengaliri tanaman padi miliknya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Meski Demikian, Suwandi mengaku air yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan untuk lahan pertaniannya. Akibatnya tanah di sawah miliknya mulai pecah-pecah dan mengakibatkan padi yang baru berusia 1 bulan tersebut mulai layu.

“Hitungan saya sudah 18 hari ini hujan tidak turun sama sekali. Padi saya usia satu bulan ya kaya gini layu dan terancam mati jika tidak segera turun hujan,” kata Suwandi kepada Solopos.com, Rabu (20/12/2023).

Suwandi hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Pasalnya aliran air yang ada di sekitar sawahnya juga mulai menyusut. Bahkan dipompa pun juga tidak mencukupi.

“Paling dapat satu petak pematang habis dipompa. Sedangan sumber air lain tidak ada ya di sini,” ungkapnya.

Cerita serupa juga dialami petani lain, Purwadi. Dia menuturkan jika mengandalkan sumur pompa dirinya kebaratan untuk biaya operasionalnya. Untuk mengaliri air di area persawahan para petani harus mengeluarkan biaya Rp50.000 per jamnya.

“Bayangin sekali mengairi sawah 10 jam kali per jam Rp50.000. Total sekali mengairi membutuhkan biaya Rp500.000. Berat kami, apalagi apa-apa mahal sekarang ini,” keluhnya.

Jika kondisi ini terus berlanjut dipastikan akan banyak tanaman padi milik petani yang mati. Tidak hanya ancaman kerugian yang bakal diderita petani musim ini, tetapi hasil produksi gabah dipastikan akan menurun karena banyak tanaman padi mengalami kekurangan air. dia mengatakan untuk lahan satu hektare dibutuhkan biaya dalam satu musim hingga belasan juta rupiah, hal itu meliputi kebutuhan tanam, pupuk, hingga air.

“Ya bila seminggu [sepekan] lagi tidak turun hujan, saya pastikan banyak tanaman padi mati. Gagal panen kami. Apalagi sekarang biaya garap dan pupuk mahal ditambah lagi harus membeli air,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya