SOLOPOS.COM - Para peserta yang mengikuti pelatihan bagaimana memulai ekspor produk yang digelar Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang berkolaborasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan di Hotel Mahesa Ponorogo, Selasa (10/10/2023). (Istimewa) 

Solopos.com, PONOROGO — Puluhan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilatih untuk menjual produknya hingga ke pasar ekspor.

Para pelaku UMKM dan BUMDes tersebut dilatih bagaimana memulai ekspor produk mereka. Kegiatan ini digelar Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang berkolaborasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Staf khusus Menteri Bidang Media dan Informasi, Ahmad Iman Sukri, mengatakan pelatihan ini digelar untuk melatih 30 pelaku UMKM dan BUMDes di Ponorogo dalam memulai ekspor. Kegiatan ini merupakan salah satu komitmen Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi dalam pembangunan dan pengembangan berkelanjutan desa. Selain itu juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi di desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi.

“Peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat didorong dari peranan kelembagaan ekonomi desa seperti BUMDes, koperasi, serta UMKM. Kita latih para pelaku usaha berbasis desa untuk dapat merambah pasar ekspor,” kata Iman Sukri saat memberikan sambutan di Hotel Mahesa Ponorogo, Selasa (10/10/2023).

Iman Sukri menyampaikan pada tahun 2022 Kabupaten Ponorogo tercatat memiliki 281 unit BUMDes yang terbagi dalam tiga klasifikasi, yaitu 76 BUMDes tergolong maju, 157 BUMDes tergolong berkembang, dan 48 BUMDes tergolong pemula. Sedangkan untuk UMKM, Ponorogo memiliki sebanyak 39.650 UMKM.

Kabupaten Ponorogo terpilih menjadi salah satu daerah yang dilatih memulai pasar ekspor karena dilihat berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) hingga tahun 2023, tercatat  terdapat 60 desa yang telah berstatus Desa Mandiri, 157 Desa Maju, dan 64 Desa Berkembang. Ini artinya terdapat keterkaitan antara peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM) dengan peranan kelembagaan ekonomi desa.

“Banyak yang melakukan produksi komoditas desa hingga menghasilkan produk unggulan yang berkualitas,” kata dia dalam keterangan tertulis.

Dia menuturkan perkembangan produksi dan inovasi pelaku usaha desa sepertu BUMDes, koperasi, dan UMKM masih terkendala dalam pemasaran produknya. Hal itu terutama dalam mengakses pasar internasional.

“Saat ini kita latih untuk melakukan ekspor dan kita berikan pendampingan khusus,” kata Iman.

Imam menuturkan pelatihan bagaimana mengekspor produk ini bakal digelar hingga 12 Oktober 2023. Harapannya, produk desa yang sudah dapat bersaing dengan produk global bisa segera diekspor.

Lebih lanjut, para peserta yang mengikuti pelatihan ini memiliki beragam produk, seperti tek kelor, olahan kunyit, olahan jahe, dan kopi.

“Saya bersama teman-teman BUMDes dan UMKM menyambut baik pelatihan ini, besar harapan kami melalui program pelatihan dan pendampingan ini produk kami dapat merambah pasar luar negeri,” kata Rahmat Zain salah satu peserta pembuat produk olahan kelor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya