SOLOPOS.COM - Bupati Madiun Ahmad Dawami saat berdiskusi dengan seratusan pemuda terkait berbagai permasalahan di acara Ngopi Nyore di Mucoffe Madiun, Kamis (14/9/2023) malam. (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Seratusan pemuda mengikuti Ngopi Nyore bersama Bupati Madiun, Ahmad Dawami, di kafe Mucoffe, Jl. Salak, Madiun, Jawa Timur, Kamis (14/9/2023) malam. Dalam forum itu, Bupati menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan para peserta.

Para pemuda yang berasal dari berbagai latar belakang profesi itu gayeng mengikuti diskusi bersama bupati. Para peserta tampak antusias mengikuti diskusi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Para peserta ada yang menanyakan terkait permasalahan pupuk bersubsidi, kesenian dan kebudayaan, pendidikan, hingga inovasi teknologi.

Bupati yang akrab disapa Kaji Mbing itu menyampaikan pemerintahnya konsisten untuk menjaga dan melestarikan kesenian tradisional. Saat ini, kesenian dongkrek sudah banyak dilestarikan di desa-desa dan berbagai sekolah.

Dia bercerita, sebelumnya dongkrek distigmakan sebagai kesenian pengundang dedemit. Kesenian dongkrek belum populer seperti sekarang.

Saat Kaji Mbing mulai menjadi bupati, ia kemudian melakukan aransemen terkait musik dongkrek untuk selawatan. Setelah itu, aransemen musik dongkrek ini diguanakan untuk kegiatan selawatan. Meski demikian, belum semua kalangan menerima dongkrek.

“Pada saat ada kegiatan Madiun berselawat yang menghadirkan Habib Syech. Dongkrek mengiringi selawatan Habib Syech. Tidak hanya kegiatan selawatan. Pada saat ada panggung hiburan di Madiun yang mendatangkan band pop Kotak, dongkrek juga dikenalkan. Begitu juga saat ada acara-acara lain, dongkrek kita kenalkan sebagai kesenian tradisional Madiun,” kata dia.

Saat ini, lanjut Bupati, dongkrek sudah tidak lagi dipandang sebagai musik pemanggil dedemit. Melainkan sebagai suatu kesenian musik tradisional yang ikonik kebanggaan Madiun.

Selain dongkrek, Kabupaten Madiun juga memiliki kesenian tradisional gembrung. Sejarah mencatat, ada manuskrip yang menjelaskan bahwa gembrung merupakan produk kreasi dari Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

“Hari ini masih kita susun. Manuskrip itu kita pertahankan. Karena apa? Itu identitas kita. Generasi butuh rujukan itu,” terang Kaji Mbing.

Bukan hanya ngomong persoalan kesenian dan kebudayaan, Kaji Mbing juga berbicara mengenai kondisi pupuk di Madiun.

Dia menyampaikan jatah pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat memang terbatas. Kabupaten Madiun tahun ini mendapatkan jatah pupuk urea subsidi sebanyak 25.000 ton. Padahal luas lahan pertanian di Madiun pada tahun ini mencapai 32.423 hektare.

Kekurangan pupuk subsidi ini memang menjadi masalah tersendiri bagi para petani. Namun, sayangnya kuota pupuk bersubsidi tersebut tidak bisa terserap secara optimal.

Hal ini karena ternyata ada beberapa petani yang mendapat jatah pupuk subsidi tidak mengambil. Padahal, ketika tidak diambil akan berdampak pada petani di satu daerah tersebut. Itu yang menjadi permasalahan selama ini.

“sebenarnya kita bisa mengajukan realokasi tambahan pupuk bersubsidi. Tetapi syaratnya untuk realokasi itu, pupuk subsidi harus terserap 100%. Akan tetapi yang terjadi, ada petani yang mendapat jatah, tidak diambil. Itu dampaknya satu kabupaten,” jelasnya.

Meski demikian, dia mengajak para petani untuk mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik. Pupuk organik dipercaya bisa mengembalikan kualitas tanah untuk pertanian.

“Tanah di wilayah Madiun semuanya sudah dilab. Hasilnya, banyak tanah itu di bawah standar, kebanyakan zat kimir. Solusinya apa, ya merekondisi tanah. Organik yang diperbanyak,” ujar dia.

Selain memperbanyak pupuk organik, Kaji Mbing meminta supaya petani juga melakukan pola tanam. Penanaman padi perlu ada jedanya. Hal ini penting untuk perbaikan struktut tanah.

“Saya mengajak kepada para pemuda ini untuk ikut mensosialisasikan terkait pupuk organik kepada masyarakat,” jelas dia. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya