SOLOPOS.COM - Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono saat menghadiri rapat Paripurna di Gedung DPRD Kabupaten Ngawi, Rabu (29/11/2023). (Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI — Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, mengambil langkah kontroversial terkait ketersediaan pupuk subsidi bagi petani. Pasalnya, Pemkab Ngawi tidak mengusulkan tambahan pupuk bersubsidi pada 2024. Bahkan, Pemkab Ngawi hanya mengusulkan pupuk bersubsidi sebanyak 25 persen dari total kebutuhan para petani.

Langkah itu dilakukan Ony dengan tujuan supaya mempertahankan posisi Kabupaten Ngawi sebagai lumbung padi nasional. Dia akan terus meningkatkan wawasan para petani terkait konsep pertanian ramah lingkungan. Salah satu caranya mengurangi ketergantungan para petani terhadap pupuk kimia.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kabupaten Ngawi akan tetap menjadi lumbung pangan nasional. Program dari Dinas Pertanian yaitu Ramah Lingkungan Berkelanjutan itu tetap terus kita gaungkan, sehingga kemandirian petani ini dapat terwujud,” kata Ony seusai menghadiri Rapat Paripurna di Gedung DPRD Kabupaten Ngawi, Rabu (29/11/2023).

Dia menegaskan tahun depan Pemkab Ngawi tidak mengusulkan kuota tambahan pupuk kimia bersubsidi untuk para petani. Hal itu dilakukan supaya untuk memancing para petani agar dapat memproduksi pupuk organik sendiri.

“Ngawi termasuk salah satu kabupaten yang tidak mengusulkan tambahan kuota pupuk agar supaya tercipta kemandirian,” jelasnya.

Dia memahami keputusan tersebut akan memunculkan pro dan kontra di kalangan para petani. Tentu akan banyak para petani yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk. Jika pun ada pupuk kimia, maka harganya tentu lebih mahal karena tidak bersubsidi.

“Insya Allah kita berani bertanggung jawab bahwa pilihan itu semata-mata untuk dapat berdikari menciptakan pupuk sendiri, bibit sendiri,” harapnya.

Pada 2024, kata dia, pasokan pupuk bersubsidi yang akan beredar di Kabupaten Ngawi hanya 25 persen dari total kebutuhan. Padahal pada 2023 total pupuk bersubsidi yang beredar di Ngawi sebanyak 40 persen dari total kebutuhan pupuk berubsidi sebanyak 107.442 ton. Dengan jumlah itu, sebagian petani juga masih mengeluhkan susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi.

“Informasinya untuk tahun depan dikurangi menjadi 25% dari total kebutukan. Awalnya 40%. Kalau kita tidak menyiapkan petani kita untuk mandiri maka mereka akan ada dua pilihan, satu, dia akan mendapat pupuk non-subsidi dengan harga yang tinggi,  kedua, dia bisa mendapat pupuk subsidi dengan kuota cuma 25 persen,” paparnya.

Bupati Ony mengatakan pihaknya berharap ke depan pertanian di Kabupaten Ngawi semuanya menggunakan sistem pertanian ramah lingkungan. Saat ini, sudah ada 1.780 hektare yang menerapkan sistem tersebut.

“2023 ini sudah ada  kurang lebih 1.780 hektare. Nantinya di 2024 diharapkan 5.000 hektare masyarakat kita sudah menerapkan pertanian ramah lingkungan. Agar bisa meringankan biaya produksi serta hasil yang maksimal,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya