SOLOPOS.COM - Masjid di Pondok Salafiyah (www.panoramio.com)

Wisata Malang kali ini mengunjungi kemegahan Masjid 10 lantai yang dikenal dengan nama Masjid Tiban.

Harianjogja.com, MALANG-Berkunjung ke Malang rasanya kurang lengkap kalau tidak menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Tiban yang ada di Turen, Malang. Apa keistimewaan masjid ini?

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Masjid bertingkat sepuluh berada di kompleks Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Masjid ini terletak di Jalan Wakhid Hasyim Gang Anggur No. 7, RT 27 / RW 06, Sananrejo, Turen, Malang.

Orang awam biaa menyebut masjid ini sebagai Masjid Tiban. Sebab masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun sebenarnya masjid ini tidak hadir dengan tiba-tiba. Masjid ini dibanguin oleh para santri dan jamaah sdauh sejak lama. Bantahan tentang masjid tiban ini ada di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar.

“Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya),
dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.” Demikian tulisan yang ada di tempat
tersebut.”

Di situs resmi Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah) dijelaskan bahwa pondok pesantren ini bernama Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Artinya, Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat. Rintisan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah ini dimulai pada 1963 oleh Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kyai Ahmad. Sedang izin Kecamatan dan Kepolisian setempat dilakukan 1963. Sementara izin resmi pendirian pondok dilakukan pada 2002.

Pada 1978, mulai ada santri yang menetap dan pada tahun itulah proses pembangunan pondok mulai dilakukan. Tapi sifatnya kecil-kecil, apa adanya, hingga 1992. Setelah itu, proses pembangunan sempat berhenti. Bangun lagi sekitar 1998 akhir dan awal 1999 dimulai lagi pembangunanya. Sekarang, bangunan masjid ini tampak megah dan mewah. Ornamen-ornamen indah menghiasi setiap lantai yang ada.

Ada sepuluh lantai yang sudah ada sekarang ini. Tingkat satu sampai empat digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai enam seperti ruang keluarga, sedangkan lantai lima, tujuh dan delapan terdapat toko-toko kecil yang dikella oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya. Jadi kalau mau membawa oleh-oleh dari sini bisa.

Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam kompleks ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.

Arsitektur bangunan ponpes ini merupakan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, Tiongkok dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok.

Ponpes ini dibangun di areal seluas empat hektare, dan kira-kira baru 1,5 hektare dari luas tanah itu yang
digunakan untuk bangunan utamanya. Arsitektur bangunannya sangat menawan. Ini terlihat di setiap detail
ornamennya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya