Jatim
Rabu, 28 Desember 2022 - 00:17 WIB

Ubah Tempat Wingit Jadi Pasar Wisata, Warga Gunungsari Kini Lebih Sejahtera

Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasar Pundensari di Desa Gunungsari, Kabupaten Madiun. (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Bernadi Sabit Dangin bersama kelompok pemuda di Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, mengubah punden menjadi tempat wisata yang menarik. Bukan hanya itu, punden tersebut menjadi pusat perekonomian baru di desa setempat. Cerita Pemuda di Madiun, Ubah Tempat Wingit Jadi Pusat Perekonomian Baru Warga

Pada umumnya, punden menjadi tempat yang dianggap wingit. Di kalangan masyarakat Gunungsari, punden hanya ramai saat gelaran bersih desa setiap setahun sekali. Selepas itu, punden hanya menjadi tempat sepi dan kerap dianggap angker.

Advertisement

Namun, Bernadi mengubah anggapan itu dengan membangun Pasar Wisata Pundensari. Kini, punden tersebut ramai dikunjungi wisawatan dan menjadi pusat perekonomian warga.

Minggu (25/12/2022), terlihat sejumlah penjual di Pasar Pundensari sedang menjajakan dagangannya. Sejumlah pengunjung pun terlihat berkeliling dan membeli aneka makanan yang dijual.

Advertisement

Minggu (25/12/2022), terlihat sejumlah penjual di Pasar Pundensari sedang menjajakan dagangannya. Sejumlah pengunjung pun terlihat berkeliling dan membeli aneka makanan yang dijual.

Baca Juga: KA Sancaka Tabrak Mobil di Ngawi, Polisi Duga Penjaga Palang Pintu Ketiduran

Pasar Pundensari ini hanya menjual makanan dan minuman saja. Ada yang menjual satai tahu, pecel, gorengan, dawet, jajanan pasar, dan lainnya.

Advertisement
Pedagang berjualan beraneka makanan dan minuman tradisional di Pasar Pundensari, Desa Gunungsari, Kabupaten Madiun, Minggu (25/12/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

“Sejatinya punden itu sebagai pertanda kehidupan. Kami ingin mengubah pemahaman itu. Saya bersama pemuda desa membangun pasar wisata. Kini pasar ini banyak dikunjungi warga maupun wisatawan,” katanya.

Dibangun empat tahun lalu, Pasar Pundensari bisa memberdayakan 17 warga untuk berjualan. Mereka adalah warga desa setempat.

“Karena ini pasar wisata, jadi konsepnya pasar jadul. Lapak jualannya dari bambu. Penjualnya mengenakan pakaian lurik dan yang dijual pun hanya makanan dan minuman tradisional. Pasar ini hanya buka setiap Minggu,” ujar dia.

Advertisement

Baca Juga: Marah saat Dibangunkan untuk Salat Tahajud, Pria di Kediri Bacok Ayah Kandung

Uang yang digunakan untuk bertransaksi pun dibuat khusus, yakni uang bambu. Pengunjung bisa menukarkan uang rupiah dengan uang bambu di loket. Pecahan uang bambu mulai Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, dan Rp20.000.

Pasar wisata ini lambat laun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari berbagai daerah. Setiap kali digelar, ratusan orang tercatat berkunjung ke tempat ini. Omzet yang dihasilkan sekali digelar mencapai belasan juta rupiah.

Advertisement

Bernadi menuturkan pasar wisata ini menjadi sumber perekonomian baru. Bukan hanya bagi pedagangnya saja, tetapi juga bagi penyedia bahan baku, penyedia makanan ringan, hingga seniman. Karena setiap digelar, selalu ada hiburan dari seniman-seniman lokal untuk tampil. Ia membahasakannya sebagai multiplier effect.

Pengunjung memadati Pasar Pundensari di Desa Gunungsari, Kabupaten Madiun, akhir November 2022. (Abdul Jalil/Solopos.com)

“Makanan yang dijual biasanya tidak hanya buatan sendiri, ada juga yang disetori orang lain. Jadi mereka juga ikut merasakan dampaknya,” kata dia.

Seorang penjual, Yuli Patmini, mengaku kini bisa menggantungkan hidup dari berjualan di Pasar Pundensari. Meski hanya buka setiap Minggu, tetapi hasil yang diperoleh tergolong lumayan. Omzet yang dihasilkan dari berjualan aneka minuman tradisional ini antara Rp400.000 hingga Rp900.000. Menurutnya pasar ini benar-benar mengubah perekonomian keluarga. Terutama saat pandemi Covid-19.

“Dari berjualan di sini, kebutuhan keluarga bisa ikut terbantu,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Wati Suryaning, 41. Wati yang telah berjualan sejak pasar ini berdiri mengaku perekonomiannya ikut terbantu. Ia menjual nasi ayam, nasi teri, satai tahu, dan lainnya.

Baca Juga: Pastikan Keselamatan Penumpang, Masinis & Kru KA di Madiun Jalani Tes Narkoba

“Alhamdulillah, omzet bisa mencapai Rp800.000. Itu kalau ramai. Saat sepi Rp400.000,” kata dia.

Baik Yuli maupun Wati berharap pasar Pundensari ini bisa terus berkembang dan lebih dikenal masyarakat luas. Sehingga semakin memperkuat perekonomian bagi warga Desa Gunungsari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif