Jatim
Senin, 30 September 2019 - 17:05 WIB

Tumpeng Ikan 200 Kg Dilarung ke Waduk Bening Widas Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Redaksi Solopos.com  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tumpeng berbentuk ikan yang terbuat dari pelet atau pakan ikan sebarat 200 kg dilarung ke Waduk Bening Widas, Saradan, Kabupaten Madiun, Minggu (29/9/2019). (Madiunpos.com-Abdul Jalil)

Madiunpos.com, MADIUN — Ribuan warga memadati Waduk Bening Widas Saradan, Kabupaten Madiun, Minggu (29/9/2019). Mereka mengikuti tradisi larung sesaji di waduk yang mengairi wilayah Kabupaten Madiun dan Kabupaten Nganjuk itu.

Tradisi larung sesaji di Waduk Bening ini telah terselenggara 14 kali. Larungan ini sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki yang diberikan Tuhan.

Advertisement

Tumpeng Bogomulyo diarak masyarakat dari gardu pandang menuju ke tepi waduk. Tumpeng tersebut juga dikirab oleh ratusan pendekar dari berbagai perguruan silat dan kesenian tari Dongkrek.

Baca Juga:

Advertisement

Baca Juga:

Ribuan Pengunjung Antusias Saksikan Larungan Buceng Di Telaga Ngebel Ponorogo

Larungan Di Telaga Ngebel, Ungkapan Syukur Masyarakat Ponorogo Atas Limpahan Rezeki 

Advertisement

Dirut Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan, mengatakan tumpeng ikan ini lambang hasil alam di kawasan Waduk Bening. Ada juga tumpeng dari bawang merah. Ini sebagai lambang melimpahnya hasil pertanian bawang merah petani Nganjuk yang sumber airnya berasal dari Waduk Bening.

“Untuk tumpeng ini hanya terbuat dari pakan ikan saja. Semoga ikan di waduk ini bisa sehat, masyarakatnya senang, waduknya bersih,” kata dia.

Setelah menggelar larungan, kata Raymond, dilakukan penanaman pohon di pinggir waduk. Sementara itu, di depan panggung hiburan ada dua tumpeng raksasa berisikan ikam nila dan mujair setinggi 1,5 meter dan bawang merah langsung diserbu masyarakat.

Advertisement

Selain itu, ada 10 tumpeng nasi putih dan nasi kuning yang disediakan juga ludes jadi rebutan masyarakat.

Bupati Madiun, Ahmad Dawami, mengatakan alam harus dijaga, jangan cuma diambil manfaatnya. Ia melarang pengunjung Waduk Bening menangkap ikan dengan cara meracun yang bisa merusak lingkungan.

“Kalau diobat [diracun] nanti ikannya mati semua. Mohon untuk tidak ada yang menangkap ikan dengan menggunakan obat,” jelasnya.

Advertisement

Direktur Kebudayaan, Chrystriyati Arini, menyampaikan kegiatan larung sesaji ini merupakan bentuk pelestarian budaya.

“Larung Sesaji ini kegiatan langka. Menghidupkam kembali ekosistem kebudayaan dan semoga tumbuh juga di daerah lain yang kemudian kita bisa bangga dengan budaya kita sendiri,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif