Jatim
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 21:14 WIB

Tinggal di Kandang Kambing, Guru Honorer di Ngawi Digaji Rp300.000

Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Hastuti, 42, guru honorer sebuah SD di Ngawi yang tinggal serumah dengan kambing. (Detik.com)

Solopos.com, NGAWI — Kondisi guru honorer di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim) sungguh memprihatinkan. Tak hanya tinggal di kandang kambing, guru honorer di sebuah sekolah dasar (SD) di Ngawi itu hanya menerima gaji Rp300.000 setiap bulannya.

Guru honorer bernama Sri Hastuti, 42, itu selama tiga bulan terakhir memang tinggal di kandang kambing, berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah. Ia tinggal di rumah yang menyatu dengan kandang kambing itu bersama tiga orang anaknya dan suami, Anggi Nugroho.

Advertisement

Kendati demikian, guru honorer di Ngawi itu tak pernah mengeluh. Padahal, honor yang diterimanya dari mengajar di SDN Pandean 4, Kecamatan Karanganyar itu tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, suaminya juga tidak memiliki pekerjaan tetap.

Baca juga: Kisah Sedih Guru Honorer di Ngawi, Tinggal Seatap dengan 6 Ekor Kambing

Advertisement

Baca juga: Kisah Sedih Guru Honorer di Ngawi, Tinggal Seatap dengan 6 Ekor Kambing

Suami Sri hanya bekerja serabutan, kadang menjadi kuli panen padi, kuli bangunan, hingga kuli tebang tebu.

“Honor saya dan hasil kerja suami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Masih ada yang kurang. Tapi ya kami hidup apa adanya seperti ini, yang ada disyukuri,” ujar Sri, dikutip dari Suara.com, Sabtu (23/10/2021).

Advertisement

Rumah yang ditempatinya bersama enam ekor kambing itu pun saat ini bukan lahan miliknya, melainkan lahan milik Perhutan.

Baca juga: Kisah Supriyadi, Lolos PPPK setelah 16 Tahun Mengabdi Jadi Guru Honorer

“Akhirnya kami bangun empat tahun silam. Adanya seperti ini. Kami tinggali bersama. Meski bersama kambing ya tidak masalah. Itu juga rezeki kami. Kami syukuri,” ujarnya.

Advertisement

Jauh dalam hatinya, dia ingin memiliki tempat tinggal yang layak. Sekaligus, dia bisa segera diangkat jadi aparatur sipil negara (ASN). Bahkan, sesuai dengan kualifikasi minimal, dia bisa mendaftar calon pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

Tak sedikit dukungan yang mengalir untuk Sri. Rekan-rekan guru di sekolah tempat dia mengajar kerap memperhatikannya. Bahkan, sering memberikan bantuan. Hati mereka teriris saat pertama kali datang ke rumah Sri.

“Pernah datang ke rumah bersama rekan-rekan lain saat Bu Sri melahirkan. Semua menangis, tidak bisa membayangkan kalau hujan angin bagaimana dengan kondisi rumahnya. Kami sarankan agar sekeluarga tidur di atas, agar tidak digigit binatang. Memang benar satu atap dengan kambing. Air pun sulit,” terang Supatmi, rekan seprofesi Sri.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif