SOLOPOS.COM - Tananaman padi di Kecamatan Karang Jati Kabupaten Ngawi yang mongering akibat kekurangan air, Jumat (22/12/2023). (Solopos.com/ Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI – Tanaman padi di sejumlah daerah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang baru ditanam terancam mati dan mengering. Hal itu disebabkan tidak turunnya hujan di wilayah Kabupaten Ngawi hampir tiga pekan terakhir, Jumat (22/12/2023).

Salah satu wilayah yang terdampak yaitu di Kecamatan Karangjati. Salah satu petani bahkan mengunggah kondisi lahan pertaniannya yang kering kerontang di Grub Facebook (Info Cegatan Ngawi (ICN). 

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dalam video yang diunggah akun Facebook bernama Rizqi tersebut memperlihatkan tanaman padi yang sudah mulai menguning dan layu. Bahkan tanahnya sudah terlihat pecah-pecah akibat kekurangan air.

Sejak diunggah selama enam jam postingan tersebut sudah mampu mendapat 40 komentar dari pengguna Facebook. Rata-rata mereka prihatin dan berdoa agar hujan segera turun kembali di wilayah Kabupaten Ngawi

“Ngawi daerah kecamatan mana?, Semoga segera hujan, kasihan tanaman padinya kering,” komentar salah satu pengguna akun Facebook bernama Sumarsono Chah Utun.

Hal serupa terjadi juga di Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi. Sawah milik para petani itu sudah retak dan kering kerontang. Para petani hanya bisa mengandalkan air dari mesin sibel meski biaya membengkak.

Dilansir dari website resmi Desa Dero mengatakan, beberapa petani mengeluhkan kondisi tersebut. Salah satunya Puryanto, 52, petani desa setempat mengaku dirinya harus mengeluarkan Rp100.000 per hari untuk membeli pulsa listrik guna menyalakan pompa air selama 12 jam. Meski demikian air tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan lahan padinya.

“Meski sudah diairi selama 12 jam lebih, namun kondisi tanah masih sangat kering. Hal ini dapat dilihat dari retakan-retakan yang terjadi pada permukaan tanah. Petani hanya bisa mengandalkan air dari mesin sibel, namun biayanya sangat tinggi. Untuk lahan seluas 1 hektare, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp200.000 per hari,” kata Puryanto, Jumat.

Maridin petani lainnya juga merasakan hal yang sama. Meski biaya untuk mengaliri air ke lahan pertanian cukup memberatkan, namun dirinya tetap berusaha untuk menjaga tanaman padinya tetap hidup. Dirinya hanya bisa pasrah menunggu hujan agar segera turun.

“Ya pengennya segera ada hujan. Harapannya jangan sampai sawah ini mati. Ya kami berusaha terus saja, ya beli pulsa listrik supaya bisa mengairi sawah pakai sibel,” kata Maridin.

Jika kondisi ini terus berlanjut dipastikan akan banyak tanaman padi milik petani yang mati. Tidak hanya ancaman kerugian yang bakal diderita petani musim ini, tetapi hasil produksi gabah dipastikan akan menurun karena banyak tanaman padi mengalami kekurangan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya