SOLOPOS.COM - makam panjang, salah satu wisata religi di Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)

Solopos.com, GRESIK — Pulau Bawean yang ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ternyata tidak hanya memiliki wisata alam yang mempesona. Baik pantai dengan pasir putih, terumbu karang yang indah, hingga pemandangan bawah laut yang sangat cantik.

Pengunjung yang datang ke pulau ini bukan hanya bisa menikmati keindahan alamnya, tetapi juga bisa berkunjung ke tempat wisata religi. Setidaknya ada lima objek wisata religi di Pulau Bawean. Berikut ini tempat wisata religi di Pulau Bawean dan ceritanya yang dilansir dari disparbud.gresikkab.go.id:

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

wisata religi bawean
Makam Jujuk Campa, salah satu objek wisata religi di Pulau bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)
  1. Makam Jujuk Campa

Lokasi makam ini terletak di Desa Kumalasa, Kecamatan Sangkapura. Makam ini berada sekitar 4 km dari Pelabuhan Sangkapura dan 1,5 km dari Jalan Lingkar Bawean.

Makam Jujuk Campa ini merupakan makam tunggal dengan bangunan yang sudah direnovasi. Berada di area perkampungan penduduk membuat tempat ini mudah dijangkau pengunjung.

Menurut cerita yang berkembang, Jujuk Campa adalah seorang kepala rombongan dari negeri Campa (Kamboja) yang melakukan perjalanan ke Jawa. Di tengah perjalanan, Puteri Campa yang turut serta dalam rombonagn sakit dan meninggal di Pulau Bawean, tepatnya di Desa Kumalasa.

Penduduk setempat menyebutnya dengan kuburan “Mbah Putri”. Sementara pimpinan rombongan tidak meneruskan perjalanan dan memilih menghabiskan usianya di Pulau Bawean. Penduduk setempat sering menyebutnya dengan kuburan “Jujuk Campa”.

Barang peninggalan Jujuk Campa sampai saat ini masih ada dan disimpan rpai di rumah salah satu warga Desa Kumalasa.

wisata religi bawean
Makam Panji Cokrokusumo, salah satu objek wisata religi di Pulau bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)
  1. Makam Panji Cokrokusumo

Kanjeng Rahadian Tumenggung (R.T.) Panji Cokrokusumo merupakan keturunan dair Pangeran Perigi atau yang lebih dikenal dengan Syech Maulana Umar Mas’ud. Beliau juga pernah memerintah Bawean di bawah kekuasaan Cakraningrat di Madiun. Makam R. T. Cokrokusumo berada di Desa Sunagi Teluk, Kecamatan Sangkapura, tepatnya dia area pemakaman umum Nagasare yang berjarak sekitar 1.5 km dari Pelabuhan Sangkapura.

Makam tersebut berada dalam bangunan berarsitektur Jawa. Di dalam bangunan tersebut terdapat tiga cungkup utama. Makam R. T. Cokrokusumo berada di posisi tengah dengan diapit dua cangkang lainnya. Selain itu, makam Cokrokusumo juga diberi cungkup dan kelambu berwarna merah muda. Dua sisi nisan bertuliskan aksara arab dengan inskripsi yang berbeda.

wisata religi bawean
Makam Syech Umar Mas’ud, salah satu objek wisata religis di Pulau Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)
  1. Makam Syech Maulana Umar Mas’ud

Syech Maulana Umar Mas’ud merupakan tokoh ulama penyebar Islam di Pulau Bawean. Maulana Umar Mas’ud yang memiliki nama asli Pangeran Perigi mengunjungi Pulau Bawean dan wafat di pulau itu.

Beliau merupakan cucu dari Sunan Drajat (Sayyid Zainal Alim) yaitu anak kedua dari Susuhunan Mojoagung (putera Sayyid Zainal Alim yang tertua). Maulana Umar MAs’ud datang ke Pulau Bawean sekembalinya dari Pulau Madura. Beliau datang ke Madura bersama saudaranya bernama Pangeran Sekara.

Namun, Pangeran Sekara menetap di Madura dan berkeluarga di sana. Sedangkan Pangeran Perigi meneruskan perjalanan menuju utara hingga mendarat di Pulau Bawean, tepatnya di dusun yang sekarang bernama Komalasa.

Setibadanya di Bawean, Maulana Umar MAs’ud tidak langsung mengajarkan dan menyiarkan agama Islam. Beliau melakukan pendekatan dengan penduduk. Karena keramahan beliau, banyak penduduk yang bersimpati. Bahkan, mereka mempercayai Maulana Umar Mas’ud.

Maulana Umar Mas’ud memerintah dari tahun 1601 M hingga 1630 M setelah terlebih dahulu menaklukkan Raja Babileono di daerah Sunagi Raja-Bawean. Raja Babileono menantang syekh Umar Mas’ud untuk adu kesaktian kareana dianggap musuh kerjaan setelah dia tahu bahwa Syekh berusa mempengaruhi penduduk Bawean untuk masuk Islam dan meninggalkan kepercayaan animismenya yang sudah lama mereka anut.

Setelah berhasil mengalahkan Raja Babileono, Syekh Umar Mas’ud menggantikan posisi raja di Kerajaan Bawean. Selain memerintah sebagai raja, beliau bertindak sebagai mubaligh yang mengajarkan dan menyiarkan ajaran agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1630 M dan dimakamkan di belakang Masjid Jami’Sangkapura.

wisata religi bawean
Makam Waliyah Zainab, salah satu objek wisata di Pulau Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)
  1. Makam Waliyah Zainab

Waliyah Zainab atau Dewi Wardah adalah putri Kiai Ageng Bungkul atau dikenal dengan Sunan Bungkul, seorang pembesar Kota Surabaya keturunan Raja Majapahit. Dewi Wardah dinikahkan oleh Sunan bungkul dengan Raden Paku (dunan Giri) sebagai garwo triman (istri hadiah, dari nadzar Sunan Bungkul yang apabila ada seseorang yang tertimpa buah delima miliknya namun dia tetap hidup maka akan dinikahkan dengan puterinya)

Tetapu karena Raden Paku sudah lebih dulu menikahi Dewi Murtasiyah yang merupakan puteri dari Sunan Ampel dan karena Dewi Wardah tidak ingin dimadu, maka beliau pergi berlayar ke arah utara dengan meniaki sentong atau kelopak bunga kelapa.

Hingga akhirnya Dewi Wardah sampai di sebuah pulau di sebelah utara laut Jawa yang dikenal dengan Pulau Bawean. Waliyah Zainab akhirnya tiba dan menepi di Desa Diponggo karena terlebih dahulu mendapat penolakan dari penduduk Komalasa. Dewi Wardah wafat dan dimakamkan di Desa Diponggo.

Riwayat Waliyah Zainab masih tertulis di daun lontar yang berbasa Arab Pegon di Museum Sultan Hasanudin, Banten. Dalam keterangannya diceritakan tentang kehidupan Dewi Wardagh yang akhirnya wafat dan dikuburkan di belakang Masjid Diponggo yang terletak di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak Bawean, Gresik. Dari beberap referensi menyebut Waliyah Zainab mendarat di Bawean diperkirakan lebih awal dibandingkan dengan kedatangan Maulana Umar Mas’ud.

wisata religi bawean
makam panjang, salah satu wisata religi di Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)
  1. Makam Kubur Panjang

Makam Kubur Panjang ini berada di pinggir laut yang disebut sebagai Pantai Kubur Panjang. Hal ini karena di lokasi itu terdapat sebuah makam panjang yang konon merupakan makam salah satu abdi setia Sang Adji Saka (Duro) yang meninggal dunia di pantai tersebut.

Menuru cerita, kematian Duro dikarenakan mempertahankan amanat yang diberikan oleh Sang Adji Saka untuk menjaga pasukannya. Singakt cerita, peristiwa tersebut bermula pada kesalahpahaman antara Duro dan saudara sperguruannya bernama Sembodho yang juga diutus Sang Adji Saka untuk mengambil pusaka tersebut.

Rupanya Sang Adji Saka lupa bahwa dia pernah berpesan kepada Duro untuk menyerahkan pasukannya tersebut hanya jika yang mengambil adalah Sang Adji Saka sendiri. Namun, karena suatu alasan Sang Adji Saka mengutus saudara Duro yang juga abdi setianya yaitu Sembodho untuk mengambil pusat tersebut.

Keduanya sama-sama mempertahankan diri untuk menjaga amant dari sang guru, hingga akhirnya pertempuran tidak terelakakan. Karena ilmu keduanya berasal dari guru yang sama, keduanya memiliki kesaktian yang sama. Akhirnya, keduanya meninggal dunia. Konon, cerita tersebut terangkum dalam Aksara Jawa : Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Mong Go Bo Tha Nga.

Itulah lima tempat wisata religi yang ada di Pulau Bawean. Sehingga saat Anda mendatangi Pulau Bawean, tidak hanya bisa menikmati keindahan alam, tetapi juga bisa berwisata di tempat-tempat religi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya