SOLOPOS.COM - Situasi longsor di daerah persawahan/perkebunan Dusun Bruno, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, JawaTimur, Selasa (4/7/2023). ANTARA/ HO-warga

Solopos.com, NGANJUK — Tanah longsor terjadi di daerah perkebunan Dusun Bruno, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Selasa (4/7/2023) siang. Diduga longsor ini terjadi karena dampak gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Bantul pada beberapa hari lalu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk, Abdul Wakid, mengatakan tanah longsor yang terjadi pada Selasa siang itu terjadi di perbukitan daerah Bruno, Desa Ngliman. Saat kejadian, kondisi cuaca tidak ada hujan dan tidak ada angin.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Tidak ada hujan, tidak ada angin, longsor saja. Mungkin salah satu dampak dari gempa bumi  kemarin [gempa Bantul],” katanya dikutip dari Antara.

Wakid menyampaikan sebenarnya setelah kejadian gempa bumi di Bantul beberapa hari lalu, dirinya langsung meminta laporan dari seluruh camat dan muspika di Kabupaten Nganjuk. Pada waktu itu dilaporkan tidak ada kerusakan.

Dirinya juga sudah menerjunkan tim ke lokasi dan melakukan investigasi. Hasilnya, tiga hari sebelumnya dilaporkan ada retakan yang diduga terkait dengan gempa bumi di Bantul tersebut.

“Lepas dari itu, retakan itu kebetulan ada parit yang mengairi sawah. Karena tanahnya gembur, air masuk ke tanah yang retak dan terjadi longsor,” ujar dia.

Dirinya menyebut longsor itu menimpa persawahan warga dengan tinggi 50 meter dan lebarnya 40 meter. Sedangkan material longsoran itu sepanjang 250 meter.

Menurut dia, daerah Dusun Bruno, Desa Ngliman, tersebut selama ini tidak ada laporan kejadian tanah longsor. Justru yang terbanyak ada longsor di tepi jalan menuju ke area air terjun Sedudo, yang merupakan objek wisata alam di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Nganjuk.

Ia menambahkan, dampak dari longsor itu memang menutupi parit untuk pengairan sawah warga. Kondisi tersebut membuat parit tidak bisa dimanfaatkan petani.

“Karena terjadi longsor, air tidak bisa mengalir. Kami khawatir air tersebut meluber. Ini yang menjadi permasalahan, harus bisa mengalirkan air lagi, sehingga tidak terjadi luberan,” kata dia.

Selain bisa mengancam lahan warga, sebab air tertutup tanah, luberan air juga bisa mengalir hingga perkampungan warga. Ada sekitar 10 kepala keluarga yang tinggal di sekitar lokasi itu, sehingga keselamatan mereka pun harus diperhatikan.

Pihaknya menyebut, lokasi yang terkena longsor itu sulit diakses. Sehingga alat berat yang diguanakn untuk membersihkan material longsoran sulit masuk.

Untuk itu, sebagai langkah awal akan dilakukan gotong royong melibatkan semua pihak untuk membersihkan parit dari material tumpukan longsor.

“Kami sudah diskusi besok pagi kami kerja bakti bersama, ada TNI, Polri, relawan, Destana [desa tangguh bencana], BPBD, dengan menggunakan alat manual. Kami juga koordinasi dengan dinas PU untuk bisa mengecek, barangkali alat berat bisa masuk ke sana atau tidak. Mudah-mudahan bisa digunakan alat beratnya,” kata Wakid.

Sementara itu, dari hasil laporan yang masuk, tanah longsor itu mengakibatkan kerugian materiil yang cukup besar hingga sekitar Rp100 juta menimpa sawah dan kebun. Beberapa tanaman produktif juga rusak seperti cengkih, durian, nangka, alpukat dan sejumlah tanaman lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya