SOLOPOS.COM - Ilustrasi memerah sapi (Rachman/JIBI/Bisnis)

Swasembada susu didukung GKSI, namun pemerintah diminta membantu bibit sapi perah.

Madiunpos.com, SURABAYA — Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) meminta pemerintah memberikan stimulan kepada peternak berupa pengadaan bibit sapi perah dan pakan, serta pembinaan terhadap peternak agar Indonesia mampu mencapai swasembada susu 2020.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua GKSI Dedi Setiadi mengatakan tingkat produksi susu sapi dalam negeri saat ini masih sangat kecil dibandingkan di negara lain. Hal tersebut disebabkan masih belum maksimalnya peternak dalam merawat dan memberi makanan yang sehat terhadap sapi serta tingkat kepemilikan yang rerata hanya 2-3 ekor sapi/peternak.

“Peternak kita hanya mampu memenuhi kebutuhan susu terutama bagi industri pengolahan susu (IPS) hanya 30%, dan sisanya masih harus impor,” katanya di sela-sela Rapat Koordinasi GKSI, di Surabaya, Kamis (11/6/2015).

Jumlah Peternak Turun
Berdasarkan data GKSI, saat ini jumlah peternak sapi perah hanya 122.750 peternak, dengan populasi sapi 357.450 ekor dan total produksi susu mencapai 1,4 juta-1,6 juta liter/hari atau rerata produksi susu hanya 9-12 liter/ekor/hari.

Dedi menerangkan, jumlah peternak sapi tersebut turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan produktivitasnya juga rendah. Padahal idealnya sapi bisa menghasilkan 15-20 liter/ekor/hari seperti sapi-sapi di Vietnam.

“Perawatan jadi kendala utama, karena 70% peternak sapi tidak memiliki lahan yang cukup agar sapi bisa sehat dan memperoleh makanan rumput yang bagus. Selain itu bibit sapi impor juga mahal, sementara bibit lokal sangat terbatas, dan pakan konsentrat juga cenderung naik harganya,” jelasnya.

Selalu Siap Bibit

Ilustrasi sapi perah (Armin Abdul Jabbar/JIBI/Bisnis)

Ilustrasi sapi perah (Armin Abdul Jabbar/JIBI/Bisnis)

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Maskur, mengatakan Pemprov Jatim setiap tahun menyiapkan anggaran sedikitnya Rp23 miliar untuk stimulus peternak sapi perah. Sekitar 90% di antaranya digunakan untuk pengadaan bibit sapi atau sekitar 480 ekor/tahun dan sisanya untuk pembinaan.

“Kami sudah memberikan stimulan tetapi memang tidak semua peternak punya semangat tinggi agar bisa menghasilkan kuantitas dan kualitas susu yang bagus supaya bisa diserap oleh IPS. Setelah diberi bibit sapi, malah merawatnya asal-asalan,” katanya.

Meski begitu, lanjut Maskur, berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan peternak di Jatim, sekitar 80% sudah bagus sehingga bisa diserap IPS dan 20% masih belum sehingga hanya bisa dipasarkan secara langsung kepada konsumen.

Adapun selama ini produksi susu sapi di Jawa Timur telah ditampung oleh GKSI yakni ada 51 koperasi. Sedangkan di Jawa Barat ada 22 koperasi dan di Jawa Tengah ada 23 koperasi.

Dijual Sembarangan
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Mudjib Affan menambahkan, agar bisa meningkatkan produktivitas sapi perah, pelaku koperasi harus bisa berkomunikasi dengan para peternak secara berkala agar dapat diketahui kebutuhan peternak dalam memelihara sapinya.

“Keluhan peternak harus ditampung karena banyak produksi susu yang dijual sembarangan tanpa melewati koperasi. Padahal kalau tata niaganya baik, kebutuhan IPS akan terpenuhi,” imbuhnya.

Meski impor susu lebih besar, tetapi konsumsi susu masyarakat di Indonesia terbilang sangat rendah dibandingkan negara lain. Rerata konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 11,3 liter/kapita/tahun, sedangkan di Malaysia 35 liter/kapita/tahun, Filipina 22,1 liter/kapita/tahun dan Thailand 31,7 liter/kapita/tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya