SOLOPOS.COM - Salah satu gerakan tarian Krido Warok yang dimainkan oleh anak paud di Alun-Alun Ponorogo Rabu (15/6/2022) (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, baru saja memecahkan rekor dari Musim Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan membawakan penampilan tarian Krido Warok denagn peserta sebanyak 19.271 anak, Rabu (15/6/2022).

Ternyata tari Krido Warok itu memiliki sejarah dan sarat akan filosofi di setiap gerakannya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Puluhan ribu anak dari 21 kecamatan di Ponorogo itu menarikan Krido Warok secara serentak dalam rangka Hari Anak Nasional 2022.

Budayawan Ponorogo, Gondo Puspito, mengatakan tarian warok ini diciptakan pertama kali pada tahun 1996. Saat itu ditentukan dalam konsensus para seniman di Ponorogo.

”Tarian itu dibukukan dan dinamakan buku kuning,” katanya saat ditemui di rumahnya Kelurahan Paju, Ponorogo Rabu.

Baca Juga: Istimewa! 19.271 Penari Cilik Krido Warok Ponorogo Pecahkan Rekor MURI

Tujuan diciptakannya pola tarian itu lantaran sebelumnya tidak ada tarian yang menunjukan tentang kesatria warok. Selain itu, pembentukan tarian ini juga ditujukan untuk kebutuhan festival kesenian Reog Ponorogo.

”Jadi pola gerak tari itu menunjukkan sifat warok,” ungkapnya.

Maka, di dalam gerakan tarian itu lebih menunjukkan geladen atau bela diri. Gondo menyebut ada gerakan inti di dalamnya, yakni adu gores (betis), adu tangan, adu sirah atau macanan, dan soro gompo. Soro gompo ini menunjukkan tradisi masyarakat Ponorogo dengan cara saling menekan pundak.

Gondo mengatakan ada gerakan yang memakai kolor sapi atau biasa disebut senjatanya warok. Kolor itu juga biasa disebut dengan usus-usus, berbentuk panjang dan berwarna putih.

Baca Juga: Bikin Hoaks Penculikan Anak, Kades & Kasun di Ponorogo Diperiksa Polisi

”Artinya jadi manusia itu harus sabar dan memiliki kesucian. Maka senjatanya itu suci,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gondo menuturkan arti dari kata Krido yaitu bekerja, berkarya, dan beraktivitas. Penyebutan warok itu menunjukkan subjeknya. Maka, secara filosofi pementasan tarian itu memberikan sebuah pengertian terkait seorang warok.

”Memberikan pesan untuk anak-anak di Ponorogo sebagai putra daerah yang harus melestarikan budayanya,” ucap Gondo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya