Jatim
Senin, 5 Januari 2015 - 20:05 WIB

SITUS ISLAM JATIM : Di Sinilah, Raja Keraton Surakarta Nyantri

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - masjid tegalsari, ponorogo, tempat nyantri Raja Keraton Surakarta, Pakubuwono II. Foto istimewa buminusantara.blogspot.com)

Situs Islam di Jawa Timur (Jatim) menguak betapa dunia pesantren memiliki sumbangan besar terhadap perkembangan dinasti Kerajaan Mataram Islam. Bahkan, Paku Buwono II, seorang raja Keraton Kasunanan Surakarta pernah menjadi santri di sebuah pondok pesantren ternama di Ponorogo Jatim ini.

Madiunpos.com, PONOROGO –Ponpes berusia cukup tua di Ponorogo, Jatim, itu ialah Ponpes Tegalsari atau Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari. Ponpes bersejarah di Indonesia terletak di desa Tegalsari Kecamatan Jetis.
Ponpes pada abad ke- 18 dan ke-19 didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Ribuan santrinya, berasal dari seluruh tanah Jawa dan sekitarnya.

Advertisement

Di antara santri-santrinya yang terkenal adalah Pakubuwono II penguasa Kerajaan Kartasura, Raden Ngabehi Ronggowarsito seorang Pujangga Jawa yang masyhur dan tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto.

Dalam sejarahnya, Pesantren Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini.

Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini.

Advertisement

Dalam Babad Perdikan Tegalsari diceritakan, latar belakang Pakubuwono II nyantri di Pondok Tegalsari. Pada suatu hari, tepatnya tanggal 30 Juni 1742, di Kerajaan Kartasura terjadi pemberontakan Cina yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi Susuhuhan Kuning, seorang Sunan keturunan Tionghoa.

Serbuan yang dilakukan oleh para pemberontak itu terjadi begitu cepat dan hebat sehingga Kartasura tidak siap menghadapinya. Paku Buana II bersama pengikutnya segera pergi dengan diam-diam meninggalkan Keraton menuju ke timur Gunung Lawu.

Dalam pelariannya itu dia sampai di desa Tegalsari. Di tengah kekhawatiran dan ketakutan dari kejaran pasukan Sunan Kuning itulah kemudian Paku Buana II berserah diri kepada Kanjeng Kyai Hasan Besari. Penguasa Kartasura ini selanjutnya menjadi santri dari Kyai wara’ itu, dia ditempa dan dibimbing untuk selalu bertafakkur dan bermunajat kepada Allah, Penguasa dari segala penguasa di semesta alam.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif