Jatim
Rabu, 17 Januari 2024 - 22:25 WIB

Setahun Menunggu, 56 Keluarga Korban Tanah Gerak di Ponorogo Kini Punya Huntara

Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meresmikan hunian sementara bagi korban bencana tanah gerak di Kabupaten Ponorogo, Rabu (17/1/2024). (Istimewa/Pemprov Jatim)

Solopos.com, PONOROGO — Setelah menunggu selama satu tahun, puluhan keluarga korban bencana tanah gerak di Kabupaten Ponorogo akhirnya bisa tenang. Pasalnya, mereka kini mempunyai rumah atau hunian sementara yang diberikan pemerintah. Hunian sementara (huntara) itu dibangun di lokasi yang lebih aman dibandingkan rumah mereka yang lama.

Hunian sementara bagi 56 keluarga tersebut telah diresmikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Rabu (17/1/2024). Puluhan huntara itu berada di dua desa, yaitu 42 unit huntara di Kampung Indah Puncak (KIP) Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, dan 14 unit huntara di Desa Bekiring, Kecamatan Pulung.

Advertisement

Salah satu warga yang mendapatkan hunian sementara itu, Suparman. Pria berusia 45 tajun itu menceritakan rumahnya terdampak bencana tanah gerak pada awal 2023 lalu. Kondisi rumahnya pun sudah tidak layak dihuni.

Setelah mendapatkan rumah ini, dia mengaku bersyukur dan merasa lega. Ia tidak perlu waswas lagi karena rumahnya kini berada di lokasi yang aman.

Advertisement

Setelah mendapatkan rumah ini, dia mengaku bersyukur dan merasa lega. Ia tidak perlu waswas lagi karena rumahnya kini berada di lokasi yang aman.

Gubernur Khofifah menuturkan huntara ini dibangun di tanah milik Perhutani sebagai upaya relokasi warga terdampak bencana tanah gerak pada awal 2023. Upaya tersebut menjadi langkah yang harus segera dilakukan mengingat penurunan tanah hampir menyentuh satu meter.

“Pada Februari tahun lalu ada kejadian tanah gerak di sini. Bencana ini menjadikan hunian mereka menjadi tidak aman. Untuk itu, mereka mengungsi di masjid yang juga sekolah di Desa Tumpuk ini. Selanjutnya komunikasi dan koordinasi terus dilakukan antara Pemprov, Pemkab, dan Perhutani untuk mencarikan solusi huntara sebagai relokasi warga ini,” jelas dia.

Advertisement

“Daerah ini diberi nama Kampung Indah Puncak. Maka sesuai dengan namanya semoga indah rezekinya, indah keluarganya, indah di masa depannya. Semoga kerasan di tempat ini. Ini adalah pintu awal panjenengan memulai kehidupan kembali,” jelas dia.

Khofifah mengatakan warga saat ini tinggal cukup jauh dari lokasi sumber penghidupan sebelumnya. Untuk itu, dia berharap agar segera ada solusi terkait permasalahan mata pencaharian para warga.

“Sekarang lokasi ini agak menjauh dari lingkungan kerja mereka, itu yang harus dicari solusi. Kita harus memikirkan bagaimana sumber mata pencaharian mereka itu akan tetap tumbuh,” harapnya.

Advertisement

Khofifah melihat ada potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kampung Indah Puncak. Warga yang tinggal di huntara bisa juga diberdayakan untuk mengembangkan ekonomi di kawasan tersebut.

“Tadi saya melihat cuacanya masih berkabut, sekarang kabut menghilang indahnya makin tampak. Perlu kita pertimbangkan kalau ini bisa dijadikan desa wisata kira-kira desa wisata apa yang potensial, apakah tepat jika wisata glamping. Mudah-mudahan setelah proses ini ada perencanaan terkait pengembangan desa wisata atau ekonomi tertentu, dibantu tim dari Pemkab untuk mencari potensi terbaik,” harapnya.

Dia juga meminta kepada Pemkab Ponorogo dan Perhutani supaya bisa mengembangkan desa wisata atau kegiatan ekonomi yang sesuai dengan topografi wilayah dengan Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo dan Desa Bekiring, Kecamatan Pulung.

Advertisement

“Masyarakat punya potensi seperti apa yang bisa dikembangkan dan seterusnya perlu dikaji terus, sehingga kalau ada desa wisata di desa ini, maka itu sesuai dengan kemampuan dan semangat masyarakat di sini untuk menumbuh kembangkan desa wisata di tempat tinggal mereka,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif