Jatim
Kamis, 1 Februari 2024 - 17:57 WIB

Selama Januari 2024, Pasien DBD di Ngawi Capai 56 Orang

Yoga Adhitama  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Dinas Kesehatan Ngawi saat melakukan fogging di sejumlah wilayah.(Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI – Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi mencatat telah terjadi 56 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi selama Januari 2024. Kasus paling banyak ada di Kecamatan Ngawi.

Pengelola Proprag Penyakit Menular Vektor Dinkes Ngawi, Anang Ristanto, mengatakan persebaran kasus DBD di Kabupaten Ngawi tersebar di sejumlah kecamatan. Namun, kasus paling banyak ditemukan di Kecamatan Ngawi.

Advertisement

“Awal tahun 2024, pada bulan Januari sudah ada 56 kasus DBD di Kabupaten Ngawi. Terparah ada di Ngawi Kota,” kata Anang Ristanto kepada Solopos.com, Kamis (1/2/2024).

Dari 56 warga yang terjangkit DBD, kasus terbanyak ditemui di Puskesmas Ngawi dan Puskesmas Karangasri, serta Ngawi Purba. Anang menambahkan, pasien sakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti merata di segala usia, dari anak usia di bawah lima tahun hingga warga lanjut usia.

“Tertinggi di Kecamatan Ngawi, ada 18 pasien DBD terbagi di dua Puskesmas. Sembilan pasien Puskesmas Karangasri Ngawi Purba dan sembilan di Puskesmas Ngawi kota. Dua pasien merupakan balita, selebihnya di atas usia lima tahun,” ungkapnya.

Advertisement

Sebagai upaya menekan jumlah kasus DBD, Anang mengatakan bahwa pihaknya mendorong masyarakat untuk Bersama-sama melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Salah satunya rutin melakukan 3M plus. Yakni mencakup kegiatan menguras tempat penampungan air, menutup rapat penampungan air, serta memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD.

Anang menambahkan kegiatan fogging bukan merupakan langkah penanggulangan, tetapi sebagai langkah pengendalian penularan. Kegiatan fogging dilakukan jika sudah terdapat pasien yang didiagnosa terjangkit DBD. Maka radius 200 meter dari rumah pasien harus dilakukan fogging.

Fogging itu bukan untuk menanggulangi, namun untuk pengendalian penularan. Jadi PSN harus tetap dilakukan,” tandasnya.

Advertisement

Terpisah, Kepala Dinkes Kabupaten Ngawi, Yudono, mengatakan kendati fogging bukan menghilangkan nyamuk DBD, tapi untuk membunuh nyamuk dewasa. Pihaknya akan terus melakukan fogging di sejumlah wilayah.

Namun, hal itu juga harus diimbangi dengan kerjasama dari masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan. Agar jentik nyamuk itu tidak mampu berkembang.

“Warga harus bergotong royong, entah itu Jumat bersih, entah Sabtu bersih di lingkungan masing-masing membersihkan selokan dan tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk DBD,” ujar Yudono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif