Jatim
Minggu, 19 Februari 2023 - 23:49 WIB

Sapi di Ponorogo yang Terjangkit PMK Meningkat Tajam, Ini Dugaan Penyebabnya

Newswire  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua ekor sapi yang telah dipasang 'ear tag' di daun telinganya oleh Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya di salah satu peternakan sapi perah di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/7/2022). 'ear tag' itu untuk memberi tanda sapi telah mendapatkan suntikan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi dosis kesatu dan kedua. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.

Solopos.com, PONOROGO — Kasus ternak sapi di Kabupaten Ponorogo yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) mengalami peningkatan signifikan. Dari sebelumnya hanya di bawah 100 kasus, saat ini justru dilaporkan ada 300 ekor sapi yang terjangkit PMK.

Kepala Dinas Peternakan Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Masun, mengatakan kasus PMK terbanyak terdeteksi ada di Kecamatan Sawoo dengan jumlah 104 kasus. Peningkatan kasus PMK ini diduga karena vaksinasi pada ternak tidak berjalan optimal.

Advertisement

Dari ratusan kasus tersebut, dia menyebut sudah ada delapan ekor sapi yang mati karena PMK.

“Penolakan vaksin PMK paling banyak di Sawoo, Siman, dan Bungkal. Kalau Pudak sudah 100 persen ternaknya divaksin, makanya baru ada satu kasus itupun ternak dari luar kota,” kata dia, Minggu (19/2/2023).

Menurut Masun, ada dua kemungkinan kenapa kasus PMK di Ponorogo kembali naik. Pertama, karena peternak mendatangkan hewan dari luar daerah. Hal itu terlihat dari sapi yang belum memiliki eartag atau penanda telinga yang berarti belum menerima vaksin.

Advertisement

“Jadi setiap sapi itu memiliki eartag atau tanda pengenal di telinga di situ muncul keterangan apakah sudah divaksin atau belum, dari situ kita bisa melihat,” kata Masun

Sedangkan yang kedua, yakni sapi yang memang berasal dari Ponorogo tapi belum menerima vaksin. termasuk yang banyak ditemukan kasus di Kecamatan Sawoo, Siman dan Bungkal.

Untuk meminimalkan penularan, lanjut Masun, sejauh ini pihaknya melakukan penyemprotan disinfektan di pasar hewan, sebanyak dua kali.

Advertisement

“Tetap kita lakukan biosecurity, penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah pasar dibuka,” ujarnya.

Masun mengimbau masyarakat, khususnya peternak untuk proaktif dengan petugas vaksinasi, agar proses mitigasi wabah atau upaya pencegahan bisa optimal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif