Jatim
Selasa, 18 Desember 2018 - 00:05 WIB

Rupiah Fluktuatif Paksa Pengusaha Farmasi Jatim Naikkan Harga Obat

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, SURABAYA — Tahun 2018 ini industri farmasi Jawa Timur (Jatim) hanya mampu tumbuh 5%-6% akibat tekanan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengingat 99% bahan baku farmasi masih impor.

Ketua Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia Jawa Timur, Philips Pangestu, mengatakan akibat nilai tukar dolar yang fluktuatif, pengusaha farmasi terpaksa harus menaikkan harga obat rata-rata 2 – 5 kali lipat.

Advertisement

“Secara nasional kenaikan harga obat berkisar antara dua hingga lima kali lipat dan itu pun bervariasi ada yang tidak sampai dua kali lipat kalau di Jatim karena dihitung berdasarkan harga bahan baku lama dengan bahan baku yang baru,” jelasnya, Minggu (16/12/2018).

Dia mengatakan cara tersebut dilakukan pengusaha farmasi untuk menjaga daya beli masyarakat yang sedang menurun akibat kondisi perekonomian kini.

Philips Pangestu menambahkan saat ini pengusaha sedang mengajukan revisi harga untuk program e-catalog lantaran saat tanda tangan kontrak e-catalog, harga obat yang disetujui masih mengikuti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp13.300. Namun sekarang sudah menjadi Rp14.000 an.

Advertisement

“Revisi ini kami ajukan agar industri farmasi tetap stabil, tapi hingga kini belum ada respons dari pemerintah mengenai revisi ini,” katanya.

Pengusaha farmasi berharap pemerintah segera merealisasikan penerapan aturan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) khusus industri farmasi guna mendorong industri bahan baku farmasi untuk berinvestasi di Indonesia.

“Dengan adanya aturan tersebut, maka akan ada kepastian pasar bagi investor bahan baku, termasuk akan menguntungkan pabrikan obat bila ada tender pemerintah dengan syarat TKDN setidaknya 50%,” jelasnya.

Advertisement

Selama ini, tambah Philips, pabrikan obat dalam negeri hanya bisa menimpor bahan baku dari China, India, Amerika Serikat dan Australia. Bahkan saat ini di China banyak penyuplai bahan baku yang tutup atau merenovasi pabrik sehingga pasokan bahan baku ke Indonesia menjadi terhambat.

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif