SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Peternakan Pacitan, seekor sapi di Pacitan mati mendadak diduga karena penyakit antraks.

Madiunpos.com, PACITAN—Seekor sapi dari peternak yang ada di wilayah Kecamatan Pringkuku, Pacitan mati mendadak beberapa waktu lalu. Diduga, sapi tersebut mati karena penyakit antraks yang diderita sapi tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat ini Pemkab Pacitan telah mengambil sampel sapi yang mati mendadak itu untuk diteliti di Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta. Saat ini, Pemkab Pacitan masih menunggu uji laboratorium tersebut.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Pacitan, Pamuji, mengatakan tahun 2016 dari Januari hingga Agustus baru ada tiga laporan hewan ternak mati mendadak yang masuk ke Distanak Pacitan. Namun, petugas hanya bisa menemukan bangkai sapi yang mati secara mendadak yang diduga terkena penyakit antraks.

Sedangkan untuk dua sapi ternak yang lain sudah tidak ada bangkainya, saat petugas mendatangi lokasi pemilik hewan ternak itu. “Dari tiga laporan yang masuk, hanya satu yang bisa diambil sampelnya. Sedangkan dua lainnya tidak bisa, karena pada saat petugas datang ke lokasi, bangkai sapi yang mati itu tidak ada di lokasi. Dia memprediksi bangkai sapi itu dijual atau dikubur,” terang dia saat ditemui Madiunpos.com di ruang kerjanya, Kamis (18/8/2016).

Dia menyampaikan untuk seekor sapi yang mati mendadak yang saat ini diuji laboratorium memang didiagnosa terkena penyakit antraks. Untuk hasil uji lab tersebut pihaknya masih menunggu dan bisa dilihat apakah sapi tersebut mati karena penyakit antraks atau penyakit lainnya.

Pamuji menyampaikan setelah ada laporan mengenai kematian hewan ternak secara mendadak itu, petugas langsung melakukan pembersihan di wilayah tersebut. Pembersihan dilakukan antara lain dengan mengubur kotoran dan makanan sisa hewan ternak yang mati. Selain itu, pembersihan kandang dilakukan dengan gas infeksi dan memberikan vaksinasi terhadap hewan ternak yang masih hidup.

“Kalau ada hewan yang mati mendadak yang dikarenakan antraks atau penyakit lainnya, kami langsung melakukan pembersihan. Ini dilakukan supaya bakteri penyebab penyakit bisa mati secepat mungkin supaya penyakit tidak menyebar ke hewan atau manusia,” terang dia.

Menurut dia, kesadaran peternak untuk melaporkan hewan ternaknya yang mati memang sangat minim. Dia menyebutkan pada 2015, pihaknya tidak menerima laporan sama sekali mengenai kematian hewan ternak dari peternak. Padahal laporan ini sangat penting untuk memberikan antisipasi awal mengenai penyebaran penyakit dari hewan ternak.

Lebih lanjut, petugas secara terus menerus juga melakukan sosialisasi untuk menyadarkan peternak supaya melakukan pelaporan ketika ada hewan ternak yang mati. “Memang sulit untuk meminta peternak melaporkan hewan yang mati kepada dinas, ini karena soal perhitungan bisnis juga. Hewan ternak yang mati kalau dilaporkan ke dinas pasti langsung dikubur, kalau dikubur tentu peternak akan mengalami kerugian. Untuk itu ada beberapa peternak yang enggan melaporkan kematian ternaknya dan terkadang malah menjualnya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya