SOLOPOS.COM - Panen cabai di Kediri, Jumat (27/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Pertanian Jatim diwarnai membanjirnya produk cabai petani ke pasar sehingga harganya merosot drastis.

Madiunpos.com, MALANG — Petani mendesak pemerintah menyerap cabai mereka melalui Bulog sehingga harga komoditas hasil pertanian Jatim itu tidak makin turun bersamaan dengan melimpahnya produksi karena memasuki musim panen raya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jawa Timur Sukoco mengatakan harga cabai jatuh hingga hanya Rp3.000/kg untuk cabai merah besar dari semula Rp8.000/kg-Rp9.000/kg di tingkat petani. “Harga cabai turun drastis sejak 10 hari bersamaan dengan memasuki musim panen raya di sentra-sentra produksi,” ujarnya dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) dari Malang, Rabu (7/10/2015).

Memasuki panen, selama Oktober 2015 ini, pasokan cabai merah mencapai 15.000 ton-18.000 ton, sedangkan cabai rawit merah mencapai 20.000 ton-24.000 ton di Jawa Timur. Produksi sebanyak, berarti ada kenaikan 250% untuk cabai merah besar dan 150% untuk cabai rawit merah bila dibandingkan saat tidak memasuki musim panen raya.

Kenaikan produksi tidak bisa dihindari karena musim sedang bagus-bagusnya bersamaan dengan musim kemarau 2015 yang berkepanjangan akibat fenomena alam El Nino. Di sisi lain, tingginya harga cabai beberapa bulan lalu, mendorong petani beramai-ramai menanam komoditas tersebut dengan harapan dapat menikmati harga yang bagus.

Nyatanya dengan panen bersamaan, harga cabai kini merosot drastic. Harga cabai kini jauh lebih rendah bila dibandingkan dua bulan lalu yang mencapai Rp20.000/kg untuk cabai merah dan Rp30.000-Rp40.000/kg untuk cabai rawit merah.

Petani Rugi
Merosotnya harga cabai itu otomatis membuat petani merugi. Pasalnya harga cabai kini jauh dari harga patokan produksi (HPP) yang mencapai Rp7.000/kg-Rp8.000/kg untuk cabai besar, dan Rp10.000/kg untuk cabai rawit merah.

Atas dasar itulah, kata Sukoco, petani mendesak pemerintah turun tangan menyikapi masalah tersebut. Pemerintah tidak bisa hanya mendorong-dorong petani untuk meningkatkan produksi, namun ketika produksi booming justru lepas tangan.

Langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menyerap produksi cabai yang berlimpah, menurut dia, adalah dengan memerintahkan Bulog membeli komoditas tersebut. Langkah lainnya, pemerintah bisa mendesak produsen makanan olahan agar menyerap cabai petani dengan harapan dapat mengurangi pasokan. Dengan berkurangnya pasokan, maka otomatis harga akan ikut naik, tidak terperosok jatuh lebih dalam.

Serap Sebagian
Pemerintah, menurut Sukoco, tidak perlu menyerap sebagian besar cabai produksi pertanian Jatim. “Cukup 10%-30% saja sudah bagus,” katanya, “penyerapan cabai oleh pemerintah akan memberikan respons positif bagi pasar.”

Dengan langkah itu, maka kelangsungan usaha petani dalam menanam cabai bisa terjaga dengan harga komoditas yang tidak terlalu rendah.

“Selamatkan kami untuk 1 bulan ini saja, Oktober saja. Bulan ini memang puncak produksi cabai. Bagi pemerintah, untuk melakukan operasi pasar membeli cabai petani tidak membutuhkan dana yang tidak terlalu besar, namun dampaknya bagi petani sangat signifikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya