SOLOPOS.COM - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Kabupaten Ponorogo, Senin (5/4/2022). (Istimewa/Pemkab Ponorogo)

Solopos.com, PONOROGO — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berharap pernikahan sedarah atau inses yang banyak terjadi di Kabupaten Ponorogo harus segera dihentikan. Hal ini karena perkawinan sedarah ini berdampak buruk pada kondisi keturunan.

“Walaupun saat ini banyak warga yang sudah diurai dan meluas ke luar Ponorogo untuk menghindari pernikahan sedarah, tapi mereka masih punya keturunan dan bisa jadi juga masih akan mewarisi tradisi negatif stunting dan menambah kemiskinan ekstrem,” kata Muhadjir saat meninjau difabel dan kemiskinan ekstrem di  Desa Krebet dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo, Senin (4/3/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Menko PMK menyampaikan saat ini kasus stunting di Ponorogo sudah menurun hingga 20%. Untuk itu, pernikahan sedarah harus tetap menjadi perhatian pemerintah daerah agar dapat terus menekan angka prevelensi stunting.

Baca Juga: 2 Pria Tewas dalam Kecelakaan yang Libatkan 2 Sepeda Motor di Ponorogo

“Ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Ponorogo supaya betul dipastikan kalau bisa di sini sudah harus 0 persen stunting, di wilayah yang dulu dikenal sebagai kampung difabel,” kata dia yang dikutip dari siaran pers.

Muhadjir menyebut selama ini di desa Krebet dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon ini banyak keluarga yang mempraktikan pernikahan sedarah. Sehingga banyak ditemui keturunan dari pernikahan sedarah itu mengalami difabel dan stunting.

“Banyak yang melahirkan difabel terutama stunting akibat perkawinan inses sedarah karena di sini bertetangga saja kawinnya dan kebetulan pasangannya membawa gen yang tidak baik,” jelas Menko PMK.

Namun, kata dia, saat ini sudah ada kesadaran dari warga untuk menghindari pernikahan sedarah dengan cara mencari jodoh di luar desa. Menurutnya, cara itu menjadi salah satu solusi supaya tidak terjadi kawin inses supaya keturunannya tidak membawa gen yang negatif.

Baca Juga: Panen Pisang Cavendish di Ponorogo, Wapres RI: Peluang Ekspor Besar

Dia mengklaim angka kemiskinan ekstrem di Ponorogo saat ini sudah menurun hingga 3,74%. Menurut data, dari total sekitar 955.000 jiwa penduduk di Ponorogo, 90.000 jiwa di antaranya merupakan penduduk miskin dan 86.000 lainnya merupakan penduduk miskin ekstrem.

“Miskin ekstrem ini karena kondisi pendapatan warga yang sangat rendah dan tidak memiliki sumber penghasilan tetap, serta kondisi rumah yang belum layak huni. Apalagi jika di dalam satu keluarga ada yang lansia dan difabel,” ujar Menko PMK.

Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan secara global angka kemiskinan memang meningkat dalam jangka tiga tahun terakhir bersamaan dengan pandemi Covid-19. Namun, kondisi perekonomian di Ponorogo juga mengalami pertumbuhan 3,19%.

“Angka kemiskinan ada peningkatan sedikit, tapi ekonomi juga tumbuh signifikan. Artinya ini pertanda baik,” klaim Sugiri.

Mengenai angka kemiskinan, Sugiri menyebut adanya treatment atau perlakuan khusus lewat pendataan by name-by address. Dengan cara itu, data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) bakal segera tersusun rapi. Pendataan itu berlangsung mulai dari lingkunagn paling kecil sekelas rukun tetangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya