Jatim
Senin, 1 Juni 2015 - 19:05 WIB

PERNIKAHAN MANUSIA DENGAN PERI : Inilah Cara Atasi Takut Terhadap Peri

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sendang yang menjadi kediaman Peri Setyowati telah dipasangi kain mori untuk persiapan membangun rumah peri. (istimewa)

Pernikahan manusia dengan peri bikin heboh. Maklum saja, peri selama ini dianggap hantu yang membahayakan.

Madiunpos.com, SOLO — Fenomena hantu tampaknya masih marak diperbincangkan. Pemberitaan mengenai pernikahan manusia dengan peri di Ngawi adalah salah satu isu fenomenal berkaitan dengan hantu itu. Menakutkan? Ada cara mengatasinya…

Advertisement

Sebagaimana diberitakan Solopos.com, Selasa (26/5/2015), Ibnu Sukodok alias Mbah Kodok, 8 Oktober 2014 silam, mengaku telah memperistri peri bernama Roro Setyowati yang tinggal di Alas Ketonggo, Paron, Ngawi, Jawa Timur. Tentu saja bikin heboh, karena berdasarkan mitologi Jawa, peri adalah salah satu perwujudan hantu.

Tak wajar manusia menikahi hantu. Terlebih lagi, peri diyakini sebagai hantu dari roh wanita yang tewas secara tak wajar akibat pembunuhan oleh pria. Ia senantiasa berupaya membalas dendam atas kematiannya terhadap para pria.

Advertisement

Tak wajar manusia menikahi hantu. Terlebih lagi, peri diyakini sebagai hantu dari roh wanita yang tewas secara tak wajar akibat pembunuhan oleh pria. Ia senantiasa berupaya membalas dendam atas kematiannya terhadap para pria.

Menaktukan? Bukan hanya menakut-nakuti, mitologi Jawa juga memiliki sejumlah cara untuk menghindari pikiran dan perasaan takut terhadapnya.

Inilah Hantu
Wikipedia.org mencatat setiap agama dan budaya memiliki pendapat masing-masing tentang definisi hantu. Sebagian orang bahkan menganggap hantu sebagai urban legend, yakni kisah masa kini yang tidak didukung oleh bukti kuat dan biasanya mengandung unsur humor, moral dan horor.

Advertisement

Jika sebagian orang menganggap hantu hanya rekaan belaka, lain halnya dalam mitologi Jawa. Masyarakat Jawa meyakini hantu sebagai makhluk supranatural, sebagaimana dipaparkan Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004).

Menurutnya, orang Jawa mengakui bahwa di samping mahkuk yang tampak, ada pula makhluk di wilayah lain yang patut dipertimbangkan guna mencapai kehidupan yang seimbangan. Atas dasar keyakinan terhadap keberadaan makhluk supranatural (hantu) tersebut, masyarakat Jawa cenderung bersikap animistis—menganut paham animisme. Animisme merupakan manifestasi (perwujudan) sikap manusia terhadap makhluk supranatural.

Tremmel dalam bukunya yang berjudul Religion: What Is It? (1976) mengatakan bahwa animisme tergolong paham masyarakat primitif, bisa berbentuk personal ataupun kolektif. Intinya, seseorang yang berpaham animisme berarti memercayai adanya kekuatan roh yang menyebabkan terjadinya peristiwa tertentu. Selain itu, William A. Haviland dalam bukunya yang berjudul Antropologi Jilid 2 (1985) mengungkapkan, bahwa keyakinan terhadap makhluk supranatural adalah ciri perilaku agama.

Advertisement

Sehubungan dengan ungkapan Haviland tersebut, Suwardi Endraswara menambahkan bahwa keyakinan animisme sesungguhnya merupakan perilaku agama masa lalu. Pernyataan Suwardi itu berdasarkan adanya keyakinan orang Jawa tempo dulu terhadap dunia hantu yang dianggap sebagai salah satu bentuk tindakan religi.

Cara Mengatasi Takut
Pandangan adanya keterkaitan religiusitas seseorang dengan kepercayaan pada hantu tersebut selaras dengan penjelasan dalam Wikipedia.org yang memaparkan hampir semua umat manusia yang percaya Tuhan juga memercayai sosok hantu. Meskipun hanya sebagian kecil orang yang mengakui pernah melihat hantu secara langsung.

Kendati demikian, sebagian orang lainnya kerap memiliki perasaan takut terhadap hantu. Orang yang merasa takut terhadap hantu itu diistilahkan oleh Suwardi sebagai seseorang yang jiwanya masih lemah dan belum stabil. Oleh karena itu, Suwardi Endraswara dalam bukunya tersebut memberikan beberapa cara yang diyakini orang Jawa mampu mengusir rasa takut terhadap hantu.

Advertisement

Berikut ini ulasan selengkapnya:

Takut dari Pikiran
Walaupun telah memberi sejumlah cara meminimalisasi perasaan takut terhadap hantu, Suwardi Endraswara menegaskan, sejatinya perasaan takut hantu berasal dari pikiran kita saja. Pikiran kita sering termanipulasi oleh godaan hantu. Bayangan maya di pikiran, akan menyebabkan hantu mudah merambah ke syaraf otak.

Bayangan maya tantang sosok hantu tersebut dapat muncul dengan dua cara. Pertama, secara manifes, yakni melalui gambar atau bentuk menakutkan yang selalu diingat oleh seseorang tersebut. Dengan terus mengingat keseraman sosok hantu yang ditampilkan, akan membuat sebuah citraan hantu di pikiran. Kedua, secara laten, yakni berupa pikiran atau fantasi tentang hantu. Pikiran itulah yang pada akhirnya memicu keberadaan hantu.

Kendati demikian, selalu mendekatkan diri kepada Tuhan adalah salah satu cara terbaik untuk mengasah kestabilan pikiran dan jiwa kita, sehingga tidak mudah terusik oleh bayangan maya dari hantu. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

 

BACA BERITA LAIN PERNIKAHAN MANUSIA DAN PERI:
Peri Setyowati Kini Mengandung Bayi Kembar Dampit dari Mbah Kodok
Inilah Prosesi Selamatan Bayi Kembar Dampit Anak Peri Ngawi
Inilah Pesan di Balik Prosesi Selamatan Bayi dari Pasangan Peri-Manusia Asal Ngawi

Peri, Makhluk Gaib Seperti Apakah Itu?

Manusia Nikahi Peri, Tidakkah Berbahaya?

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif