SOLOPOS.COM - Suasana kamar hotel di Surabaya (Surabaya.singgasanahtels.com)

Perhotelan Jatim menyadari 2015 adalah tahun sulit bagi mereka. Pebisnis hotel pun mengarahkan sasaran pada korporasi, pangsa lokal dan asing.

Madiunpos.com, SURABAYA  Semakin banyaknya kendala yang dihadapi industri perhotelan untuk memenuhi target okupansi, pengusaha hotel Jawa Timur tak patah semangat. Kalangan perhotelan Jatim bakal mengejar segmen korporasi untuk memenuhi target okupansi sepanjang 2015 ini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur M. Sholeh mengatakan tahun 2015 ini bakal menjadi tahun yang sulit bagi kalangan perhotelan Jatim untuk bertahan. Pasalnya, pemerintah telah membuat larangan rapat di hotel bagi pegawai negeri sipil (PNS) pada akhir 2014 lalu, sehingga pengusaha perhotelan kehilangan pasar terbesar selama ini.

“Sekarang ini malah ketambahan adanya pembekuan beberapa rute penerbangan dan kebijakan tentang tidak ada lagi tarif penerbangan yang murah. Terkait itu, kami akan konsentrasi menggaet korporat dan perusahaan swasta agar mereka mau menggunakan paket ruang meeting dan room,” ujarnya di Surabaya, Selasa (13/1/2015), kala membahas tentang perhotelan Jatim 2015 bersama Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI).

Dia menjelaskan, terkait harga tiket pesawat yang diperkirakan sulit dijangkau masyarakat luas, pengusaha perhotelan Jatim akhirnya akan konsentrasi ke pasar domestik terdekat. “Itu pun kalau kondisi pasar domestik yang tingkat perekonimiannya rendah masih mampu menginap di hotel, tapi kami masih optimistis lah dari sisa masyarakat yang ada,” imbuhnya.

Kenaikan Harga
Selain kendala tersebut, lanjut Sholeh, tahun 2015 ini juga bakal ada kenaikan tarif dasar listrik yang bertahap serta ada kenaikan harga gas elpiji yang dapat mempengaruhi biaya operasional restoran di hotel tersebut.

Menurutnya, pengusaha hotel sementara ini akan melakukan efisiensi sumber daya manusia dan meniadakan fasilitas kitchen atau food and beverage seperti halnya hotel budget yang kebanyakan menjual kamar saja. “Operasional kitchen selama ini menghabiskan 15% dari keselruhan operasional. Kalau efisiensi pelayanan room, benar-benar tidak bisa dikurangi,” imbuh Sholeh.

Sholeh menambahkan, tingkat hunian atau okupansi hotel di Jawa Timur pada awal tahun biasanya hanya mampu tercapai 60%. Pada Februari, umumnya sudah mulai tumbuh karena ada anggaran dari pemerintah yang cair. Namun, untuk tahun ini pengelola hotel pun belum berani menentukan target okupansi akibat kendala-kendala tersebut.

“Karena ada larangan rapat PNS di hotel itu, jadi tidak ada yang bisa diandalkan. Kami hanya bisa mengharapkan korporat yang mau menggelar kegiatan rapat umum pemegang saham (RUPS). Sedangkan musim libur, ya menunggu pertengahan tahun ada libur lebaran, itu pun potensi hotel di kawasan pariwisata,” imbuhnya.

Pasar Asing
Sementara itu, PR Manager Singgasana Hotel Surabaya W. Virtaloka mengatakan, dalam mencapai target okupansi 75% di tengah masalah kebijakan pemerintah tersebut, pihaknya gencar menggaet pasar asing. “Larangan pemerintah itu memang ada imbasnya, tapi kami punya segmen lain yang bisa dikejar selain korporat, yakni tamu luar negeri seperti orang Eropa yang mau berlibur ke Bromo dan wisata lainnya, karena mereka liburnya tidak pada saat musim libur sekolah,” ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya aktif menggandeng travel agent untuk mempromosikan hotel tersebut di pasar asing. Pada Januari 2015, Singgasana pun menargetkan okupansi 60%. “Awal bulan ini kami dapat tamu dari Eropa, dan sukurlah hotel sudah mulai ramai lagi, walaupun nanti kebijakan pemerintah itu terasa dalam jangka panjang,” imbuh Virtaloka.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, tingkat penghunian kamar (TPK) seluruh hotel berbintang di Jawa Timur pada periode November 2014 tercatat hanya tercapai 53,24%. Pada hotel bintang 1 tingkat okupansi hanya tercapai 35,62%, pada bintang 2 tercapai 57,43%, pada bintang 3 tercapai 47,64%, bintang 4 tercapai 62,05% dan bintang 5 hanya tercapai 54,95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya