SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan seksual terhadap remaja (aycu33 webshots)

Pergaulan bebas selalu menempatkan anak-anak dan perempuan menjadi korban pertama.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN –Badan Pemberdayaan Masyarakat Keluarga Dan Ketahanan Pangan (BPMKKP) Kota Madiun mencatat, dampak pergaulan bebas yang terjadi di Kota Madiun sama seperti kota atau daerah lainnya. Anak-anak dan perempuan menjadi korban pertama baik kekerasan fisik atau psikis.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan PKK BPMKKP Kota Madiun, Sumini, mengatakan perempuan dan anak sangat rentan menjadi korban eksploitasi pergaulan bebas. Sebab, anak dan perempuan memiliki banyak potensi dalam kelemahannya.

“Paling banyak anak-anak dan perempuan itu korban kekerasan seksual. Setelah itu, baru kekerasan psikis dan penelantaran,” ujarnya saat ditemui Madiunpos.com di ruang kerjanya, Rabu (28/1/2015).

Angka kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dan perempuan, kata Sumini, paling banyak disebabkan oleh rekan sekolahnya. Rekan sekolah ini bisa diartikan pacar di sekolah atau pacar akibat pergaulan di luar rumah.

“Biasanya pacaran, lalu berujung pencabulan dan persetubuhan. Padahal, mereka masih anak-anak di bawah umur,” terangnya.

Dalam hal inilah, perempuan sekaligus anak-anak itu sudah terancam kehilangan masa depannya. Andai pacarnya akhirnya bersedia menikahi, hal itu bukanlah solusi karena persoalan bukan lantas selesai ketika anak-anak itu dinikahkan.

“Secara adat atau agama mungkin bisa mengurangi rasa malu atau jelas posisi ayahnya. Tapi, ketika masih anak-anak lantas dinikahkan, justru akan menimbulkan kekerasan selanjutnya. Perempuan ini akan rawan ditelantarkan karena usia pernikahan mereka belum matang,” paparnya.

Kasus nomor urut berikutnya yang menimpa anak anak damn perempuan ialah kekerasan psikis. Dalam hal ini, banyak anak-anak dan perempuan menjadi korban penelantaran ayah atau suami. Kepala keluarga tersebut biasanya kabur begitu saja atau terlibat perceraian hingga merugikan anak dan istrinya.

“Kasus penelantaran ini mungkin si korban tak mengalami kekerasan secara fisik, misalnya dipukul atau ditempeleng, namun sebenarnya ia mengalami kekerasan psikis karena hidupnya berantakan,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya