Jatim
Minggu, 20 Maret 2016 - 21:05 WIB

PENYAKIT ANTRAKS : Cegah Penyebaran Antraks, Tulungagung Awasi Ketat Sapi dari Luar Daerah

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi (JIBI/Antara//Fikri Yusuf)

Penyakit antraks diwaspadai penyebarannya dengan mengawasi ketat lalu lintas sapi di Tulungagung.

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG – Perdagangan sapi luar daerah yang masuk ke Tulungagung, Jawa Timur, diawasi ketat untuk mengantisipasi persebaran virus antraks yang terdeteksi menjangkiti sejumlah ternak sapi di Kabupaten Banyuwangi.

Advertisement

“Kami terus lakukan gerakan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan termasuk antraks, sekalipun Banyuwangi bukan jalur distribusi sapi ke wilayah Tulungagung,” kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung Tatik Handayani di Tulungagung, Sabtu (19/3/2016).

Tatik mengatakan sapi yang ada di Tulungagung merupakan jenis lokal. Sapi dari luar daerah yang masuk pasar hewan Tulungagung, kata dia, biasanya berasal dari Kediri, Blitar, serta Trenggalek.

Advertisement

Tatik mengatakan sapi yang ada di Tulungagung merupakan jenis lokal. Sapi dari luar daerah yang masuk pasar hewan Tulungagung, kata dia, biasanya berasal dari Kediri, Blitar, serta Trenggalek.

Sedangkan sapi dari Tulungagung kebanyakan dikirim ke Jakarta dan Kalimantan.

Selain melakukan pemeriksaan rutin dan acak ke pasar-pasar hewan setempat, lanjut Tatik, Dinas Peternakan secara khusus menginstruksikan seluruh petugas kesehatan hewan di lapangan untuk aktif melakukan sosialisasi ke kalangan peternak.

Advertisement

Salah satunya, kata Tatik, adalah dengan mengambil sampel darah maupun organ dalam ternak sapi yang mengalami kematian secara mendadak tersebut.

“Sementara belum ada laporan kasus yang mencurigakan. Ternak sapi di Tulungagung aman,” ujarnya.

Tatik menegaskan setiap pengiriman sapi wajib melalui pemeriksaan ketat dan harus dilengkapi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).

Advertisement

“Sapi di sini hanya jenis lokal. Pengawasan terus dilakukan dan wajib ada SKKH. Pemeriksaan seperti cek darah,” kata dia.

Tatik menambahkan masyarakat khususnya peternak dan pedagang sapi saat ini lebih aktif.

Ketika di lapangan ditemukan kejanggalan pada hewan ternak, peternak atau pedagang sapi biasanya langsung melapor ke petugas.

Advertisement

“Jika ditemukan kasus spesifik, selalu ditindaklanjuti agar tidak meluas atau bahkan menular ke manusia,” ujar Tatik.

Dari data Disnak Tulungagung, beberapa penyakit yang sering ditemukan pada hewan ternak sapi ataupun kambing di wilayah itu antara lain adalah penyakit kembung, mencret, dan pilek.

Jenis-jenis penyakit itu menurut Tatik disebabkan pola konsumsi makanan pada ternak yang kurang tepat, misalnya pemberian pakan dari sisa hajatan atau selamatan sehingga menyebabkan ternak mengalami sakit perut atau kembung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif