Jatim
Kamis, 29 Februari 2024 - 22:19 WIB

Penganiayaan Santri Kediri: Para Pelaku Pukuli Korban Selama 3 Hari

Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan. (dok).

Solopos.com, KEDIRI – Polres Kediri Kota menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan santri Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanafiyyah, Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024). Dalam rekonstruksi itu ada 55 adegan yang diperankan oleh empat orang tersangka.

Penganiayaan itu menyebabkan santri bernama Bintang Balqis Maulana, 14, warga Banyuwangi, meninggal dunia.

Advertisement

Rekonstruksi kasus penganiayaan itu dilakukan secara tertutup di ruang Rupatama Polres Kediri Kota.

Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji, mengatakan rekonstruksi ini bertujuan untuk membuat terang kasus tersebut serta ada kesesuaian antara keterangan tersangka dan para saksi.

Advertisement

Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji, mengatakan rekonstruksi ini bertujuan untuk membuat terang kasus tersebut serta ada kesesuaian antara keterangan tersangka dan para saksi.

“Sampai saat ini masih sesuai denga napa yang dituangkan di Berita Acara Pemeriksaan [BAP],” kata Kapolres yang dikutip dari polreskediri.com.

Dia menyampaikan empat tersangka yang dihadirkan dalam rekonstruksi kasus penganiayaan itu adalah NN, 18, warga Sidoarjo; MA, 18, warga Nganjuk; AF, 16, warga Denpasar, Bali; dan AK, 17, warga Surabaya.

Advertisement

Aksi penganiayaan pertama yang dilakukan para tersangka terjadi pada Minggu (18/2/2024), penganiayaan kedua terjadi pada Rabu (21/2/2024), dan penganiayaan ketiga terjadi pada Jumat (23/2/2024) dini hari.

Peristiwa pertama ada tiga adegan yang diperankan, peristiwa kedua ada 12 adegan yang diperankan, dan peristiwa ketiga ada 40 adegan yang diperankan.

Bramastyo menyebut dalam rekonstruksi itu terlihat semua tersangka memiliki peran masing-masing dalam penganiayaan hingga menyebabkan korban meninggal. Sedangkan para tersangka menggunakan tangan kosong untuk menganiaya korban hingga meregang nyawa.

Advertisement

“Sementara ini keterangannya menggunakan tangan kosong. Hal ini juga sesuai keterangan yang kita terima dari dokter yang memeriksa luka korban,” jelasnya.

Berdasarkan pemeriksaan dokter, lanjut Bramastyo, luka korban banyak di bagian tubuh separuh ke atas.

Mengenai motif pengeroyokan ini, dia menyebut karena salah paham dan rasa kesal antara senior dan junior dalam lingkungan asrama di pondok pesantren tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif