SOLOPOS.COM - Aktivitas perajin tahu Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (19/9/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Aguk Sudarmojo)

Pelemahan rupiah membuat keuntungan perajin tahu Bojonegoro berkurang.

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menyebutkan keuntungannya berkurang sekitar 20% akibat harga kedelai lokal dan impor naik, sejak beberapa pekan terakhir ini. Kenaikan harga kedelai impor itu dipicu pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir ini.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro Arifin, di Bojonegoro, Sabtu (19/9/2015).

Ia menyebutkan harga kedelai impor yang semula Rp6.700/kg, naik menjadi Rp8.100/kg dan kedelai lokal yang semula Rp6.200/kg, naik menjadi Rp6.600/kg. “Kedelai impor selama ini menjadi bahan baku utama perajin dalam membuat tahu, selain dicampur dengan kedelai lokal sehingga kenaikan harga kedelai mempengaruhi biaya produksi,” paparnya.

Menurut dia, perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya dengan jumlah sekitar 150 perajin di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota Bojonegoro tidak berani menaikkan harga jual kepada konsumen atau pun mengecilkan porsi. “Rata-rata perajin takut menaikkan harga penjualan, juga mengecilkan porsi, karena khawatir tidak laku,” jelas dia.

Meski demikian, katanya, tingkat penjualan produksi tahu dan tempe di daerahnya masih tetap stabil. Ia mencontohkan dirinya masih mampu menjual tahu dengan bahan kedelai 1,5 kuintal dan tempe 25 kg/hari. “Saya juga masih bisa menjual tahu dengan bahan kedelai 1 kuintal/harinya,” ucap perajin tahu lainnya Ny. Marfuah, menambahkan.

Lebih lanjut Arifin menjelaskan kalau saja harga kedelai impor dan lokal masih naik, besar kemungkinan perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya berhenti berproduksi. “Kalau biaya produksi terlalu tinggi biasanya perajin tahu berhenti membuat tahu. Lebih memilih membuat batu bata,” ucapnya.

Ia menambakan produksi tahu dan tempe di desa setempat, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dijual ke luar kota, seperti ke Babat, Lamongan dan Cepu, Jawa Tengah. “Sebagian besar perajin membawa sendiri untuk menjual produksi tahunya untuk menekan biaya transportasi atau operasional,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya