SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Madiunpos.com, SURABAYA – Imam Musthafa, 31, yang menyerang dua anggota Polsek Wonokromo pada Sabtu (17/8/2019) sore, sempat berperilaku aneh sebelum melakukan aksinya. Pria kelahiran Sumenep itu memaki polisi saat musim pemberangkatan haji 2019.
Seperti dilansir liputan6.com, mantan Kepala Desa Telake, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Abdul Hadi, menceritakan saat itu Imam ikut mengantarkan orang tuanya berangkat haji pada Juli 2019. Bukannya ikut rombongan, ia justru berangkat sendiri menggunakan sepeda motor. Ia lalu menerobos lampu merah dan memaki polisi yang berjaga.
“Saat mengantarkan kedua orang tuanya berangkat haji 2019, Imam menolak ikut rombongan padahal orang tuanya diantar banyak orang. Ia memilih naik motor dan menerobos polisi sambil memaki polisi,” tutur dia, seperti melansir suarasurabaya.net, Senin (19/8/2019).
Abdul Hadi menuturkan apa yang dilakukan imam sangat aneh dan seolah berani dengan menantang polisi yang berjaga. Latar belakang pendidikannya yang alumni santri di salah satu pondok pesantren modern di Sumenep rupanya tidak membuatnya menjadi alim. Warga pun merasa janggal dengan perbuatan Imam.
Sebelumnya, Densus 88 Anti Teror Mabes Polri langsung menggeledah tempat indekos pelaku di Jalan Sidosermo IV Gang 1, Surabaya pada Sabtu, 17 Agustus 2019 pukul 19.00 WIB. Dari penggeledahan itu, polisi membawa beberapa barang bukti dan juga istri pelaku untuk dimintai keterangan. Imam sudah indkos selama lima tahunan di kos pasutri, dan sehari-hari berjualan makaroni. Penyerangan di Polsek Wonokromo pada Sabtu sore mengakibatkan dua anggota polisi terluka.
Polrestabes Surabaya telah menetapkan status siaga di Polsek Wonokromo setelah terjadinya penyerangan terhadap Aiptu Agus anggota SPKT Polsek Wonokromo dan anggota piket reskrim Briptu Febian.