SOLOPOS.COM - Panen Raya Benih Padi Unggul di Tulungagung, Rabu (1/4/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Panen padi Jatim diperkirakan berpuncak Mei depan.

Madiunpos.com, MALANG — Puncak panen padi di Jawa Timur tahun 2015 ini diperkirakan berlangsung pada Mei 2015, mundur satu bulan dibandingkan tahun 2014 lalu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Bulog Malang Arsyad, mengatakan tahun 2014 lalu puncak panen padi April sehingga penyerapan beras mencapai angka tertinggi pada bulan tersebut. “Namun tahun ini puncak panen padi pada Mei karena musim tanamnya mundur satu bulan sehingga pasokan beras di pasar pada April masih belum banyak,” kata Arsyad di Malang, Senin (20/4/2015).

Panen padi di sentra-sentra produksi masih bersifat sporadis. Indikator sederhananya, harga beras masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Seperti di Kabupaten Malang, kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat Tomie Herawanto, harga gabah kering giling (GKG) masih sekitar Rp4.500/kg, lebih tinggi dari HPP yang sebesar Rp3.700/kg.

Di Pasuruan, harga GKG ada yang dijual Rp3.700/kg, namun petani masih enggan melepas gabahnya. “Jadi harga gabah masih bagus Pasuruan dan Malang yang masuk wilayah kerja Kantor Subdivre Bulog Malang,” katanya.

Dia memperkirakan, pada Mei 2015 mendatang, pasokan beras di sentra-sentra produksi di Jatim akan banyak. Karena itulah, pasokan beras Bulog pada bulan itu akan tinggi. Dia memperkirakan penyerapan Bulog bisa mencapai 30.000 ton atau 60% dari target pengadaan sepanjang 2015 yang dipatok 50.000 ton. Sisanya akan dipenuhi pengadaan beras pada musim panen gadu.

Dia optimistis, pengadaan beras sebesar itu bakal tercapai. Indikator sederhananya, saat pasokan beras tidak terlalu banyak, harganya tidak terlalu terpaut jauh dengan HPP, yakni di kisaran Rp7.400-Rp7.500 per kg untuk kualitas medium.

Harga Mungkin Turun
Dengan membanjirnya beras di pasar, maka otomatis harganya berpeluang turun sehingga peluang Bulog menyerap beras menjadi tinggi. Hal itu terjadi karena Bulog mempunyai keunggulan bila dibandingkan pedagang besar beras, yakni dapat menyerap beras dalam jumlah besar dan pembayaran cepat.

Petani, terutama pedagang besar beras, akan melepas berasnya karena mereka akan mengejar beras hasil panen musim berikutnya. Jika beras terus ditahan, maka mereka akan merugi karena kualitasnya yang terus menurun dan memerlukan biaya yang tidak kecil untuk perawatannya.

Sampai pertengahan April, menurut dia, penyerapan beras oleh Bulog Malang sudah mencapai 1.500 ton. Dari sisi target penyerapan sebesar 50.000 ton, angka itu tidak besar namun dari penyerapan antarsubdivre Bulog di Jatim, pencapaiannya cukup bagus karena menempati posisi ke-6.

Untuk mempercepat penyerapan beras, Bulog mengaktifkan Satgas Pengadaan Beras, menggandeng perusahaan penggilingan beras, gabungan kelompok tani, dan perusahaan pemasok beras atau perusahaan mitra. “Yang menggembirakan, mitra yang sebelumnya tidak aktif tahun ini aktif lagi. Artinya ada ekspetasi mereka akan mendapatkan beras di pasar dengan yang masih dalam jangkauan HPP,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya