SOLOPOS.COM - Sejumlah warga eks anggota ormas Gafatar dibaiat di Kantor Bakesbangpol Kota Madiun, Selasa (26/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

Ormas Gafatar dianggap ulama Madiun memurtadkan anggotanya sehingga mereka dinilai harus diislamkan sebelum boleh berbaur di masyarakat.

Madiunpos.com, MADIUN — Sejumlah warga eks anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Selasa (26/1/2016), dibaiat dengan membaca dua kalimat syahadat di Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim). Pengislaman mereka oleh ulama Madiun disebabkan keyakinan bahwa akidah anggota Gafatar telah menyimpang dari ajaran Islam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Baiat para mantan aktivis ormas Gafatar itu sebagaimana dipublikasikan Kantor Berita Antara dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Madiun dengan alasan iman para mantan anggota ormas Gafatar itu perlu diperbarui dan rohani mereka pun perlu disegarkan. Seperti ramai diberitakan, Selasa (19/1/2016) petang sekitar pukul 15.20 waktu setempat, permukiman warga perantau di Desa Moton, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dibakar massa karena diduga dihuni warga yang akidahnya menyimpang dari ajaran agama Islam.

Permukiman di lahan seluas 5.000 hektare itu menjadi sasaran amuk massa karena disebut-sebut sebagai lokasi hijrah mantan aktivis ormas Gafatar. Ormas Gafatar sejatinya membubarkan diri bulan Agustus 2015 karena permohonan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang mereka ajukan Kementerian Dalam Negeri (Depdagri) tak kunjung diterbitkan.

Mantan aktivis ormas Gafatar Jatim menyebut pembubaran ormas yang selama ini ramai diberitakan getol mengelar bakti sosial bagi masyarakat tersebut untuk menghormati sikap pemerintah. Penelusuran Madiunpos.com terhadap banyak laman blog maupun web publikasi ormas Gafatar menunjukkan penghentian aktivitas ormas itu, akhir Juli 2016.

Pascapembubaran ormas Gafatar itu, mantan anggotanya hijrah ke Kalimantan untuk bercocok tanam karena mereka yakin krisis yang tengah melanda Indonesia saat ini mestinya ditangkal dengan ketahanan pangan. Nyatanya, menyusul beredarnya kabar hilangnya dokter Rica Tri Handayani, ormas Gafatar justru ramai diberitakan.

Picu Aksi Anarkistis
Konon, Rica mencoba menysul para mantan anggota Gafatar hijrah ke Kalimantan. Bersamaan dengan itu, Gafatar yang bukan ormas keagamaan itu pun diungkit-ungkit asal usulnya. MUI misalnya, menyebut Gafatar yang selama ini tak memosisikan diri sebagai ormas Islam itu merupakan reinkarnasi Al Qiyadah Al Islam, paham Islam yang dianggap sesat.

Tudingan bernuansa SARA terhadap organisasi kemasyarakat nonagama itu, belakangan memicu tindak anarkistis pembakaran permukiman warga pendatang di Kalimantan Barat yang dituding dihuni umat Islam beraliran sesat. Buntutnya, pemerintah harus memulangkan para warga perantau korban pembakaran permukiman itu ke kampung halaman mereka masing-masing.

Sejauh ini, belum ada kabar aparatur negara mengusut tindak anarkistis yang dipicu provokasi pihak tertentu itu. Sebaliknya, warga mantan aktivis ormas Gafatar yang dinilai para ulama telah melenceng akidahnya dari ajaran Islam dinilai perlu diislamkan kembali sebelum berbaur kembali di masyarakat, sebagaimana dilakukan ulama Kota Madiun.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
KLIK di sini untuk mengintip Kabar Sragen Terlengkap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya