SOLOPOS.COM - Minghaj Maytigor, warga Kabupaten Kediri yang ditinggalkan keluarganya hijrah ke Kalimantan. (JIBI/Solopos/Antara/Asmaul Chusna)

Ormas Gafatar mengajak aktivisnya hijrah ke Kalimantan untuk bercocok tanam setelah menyatakan membubarkan diri.

Madiunpos.com, KEDIRI — Mantan aktivis organisasi kemasyarakat (ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gavatar) asal Kabupatejn Kediri yang hijrah ke Kalimantan tak kerasan di perantauan. Ia ingin pulang namun tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan tempat ia tinggal.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Demikian klaim Minghaj Maytigor, 21, warga Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri yang dipublikasikan Kantor Berita Antara, Kamis (14/1/2016). Ia mengaku sebagai orang yang ditinggalkan keluarganya hijrah ke Kalimantan.

Seperti diberitakan Madiunpos.com sebelumnya, ormas Gafatar memfasilitasi aktivisnya hijrah ke Kalimantan setelah menyatakan membubarkan diri. Organisasi kemasyarakatan yang selama ini getol melakukan bakti sosial itu dibubarkan atas inisiatif sendiri pada Agustus 2015 karena permohonan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kementerian Dalam Negeri (Depdagri) tak kunjung dikukuskan.

Minghaj Maytigor kepada wartawan di Kediri mengungkapkan, dirinya ditinggalkan ibu, kakak, istri kakaknya, serta adik yang bersama-sama hijrah ke Kalimantan. Mereka bukan mengikuti program transmigrasi yang difasilitasi pemerintah melainkan berangkat mandiri.

Menolak Ibu
Ia mengakui, sebelum berangkat, ibunya juga sempat berpamitan hendak ke Kalimantan. Bahkan, ibunya itu menjual rumah dan harta benda sebelum pergi ke Kalimantan untuk bergabung dengan mantan anggota Gafatar lainnya. “Ibu memang pamit ke Kalimantan, ya ikut Gafatar. Bahkan, sebelum berangkat rumah dan tanah dijual,” ujarnya.

Menurut Minghaj Maytigor, ibunya ikut Gafatar sejak sekitar 2010. Ia bahkan sempat diajak juga ikut, namun menolak. Saat diajak, ia diminta untuk ikrar, tapi karena merasa tidak cocok, ia pun tidak mau.

Selama mengikuti kelompok tersebut, ibu dan sejumlah anggota keluarganya mengalami perubahan drastis. Mereka sering mengadakan pertemuan, seperti bercocok tanam serta silat. “Kalau ibu dan adik latihan silat di dalam kamar, saya tidak tahu latihannya seperti apa, sebab kamar dikunci,” ujarnya.

Tak Betah
Setelah hijrah ke Kalimantan, adiknya menurut Minghaj Maytigor, merasa tidak betah. “Adik saya cerita jika ingin pulang, tapi tidak bisa. Katanya tidak betah, merasa capai, sebab setiap hari kerja sampai malam,” papar Minghaj Maytigor.

Selain mengeluhkan tidak bisa keluar dan harus terus bekerja, adiknya itu, masih menurut Minghaj Maytigor, juga tidak mendapatkan gaji. Di Kalimantan, mereka bekerja bercocok tanam.

Ia mengaku merasa kasihan dengan adiknya yang ingin pulang ke Pulau Jawa tersebut. Namun, ia pun terkendala dengan biaya. Ia hanya berdoa dan berharap, adiknya bisa pulang ke Jawa, berkumpul dengan keluarga di Jawa.

Tak Ada Laporan
Sementara itu, Kepolisian Resor Kediri masih belum menerima laporan adanya orang hilang di wilayah yang merupaka tanggung jawabnya. Polisi juga masih menunggu laporan, sebelum memproses masalah itu.

“Kami belum dapat laporan warga Kabupaten Kediri hilang. Jika ada, tentu kami memprosesnya,” kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat AKP Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya