SOLOPOS.COM - Dokumentasi audiensi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan Polri. (Facebook.com)

Ormas Gafatar dibubarkan atas inisiatif para aktivis organisasi kemasyarakatan itu karena surat keterangan terdaftar tak kunjung diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri.

Madiunpos.com, SURABAYA — Organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dibubarkan bulan Agustus 2015 karena Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kementerian Dalam Negeri (Depdagri) tak kunjung diterbitkan. Mantan aktivis Gafatar Jatim menyebut iktikad baiklah yang mendasari pembubaran ormas yang getol mengelar bakti sosial bagi masyarakat tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Gafatar lahir sejak 2011, kemudian Gafatar pusat membubarkannya pada bulan Agustus 2015 karena masih belum ada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Departemen Dalam Negeri (Depdagri),” papar mantan Ketua Dewan Pimpinan Gafatar Surabaya, Riko, di Surabaya, Rabu (13/1/2016). Riko muncul di hadapan publik di tengah sorotan tajam atas organisasi yang dulu ia pimpin.

Riko menghadapi wartawan di Surabaya dengan didampingi mantan Kepala Bidang Kesehatan Gafatar Jatim, dr Budi Laksmono. Mereka paparkan betapa selama ini, Gafatar sejak tahun 2011 sudah berupaya mengurus SKT di Depdagri, namun hingga bulan Agustus 2015 tidak kunjung diterbitkan oleh Depdagri, padahal pihaknya mengklaim kegiatannya sangat positif.

“Pembubaran organisasi ini membuktikan bahwa kita adalah organisasi yang positif dan patuh terhadap hukum yang berlaku. Saya prihatin dengan hasil kerja keras dulu, sekarang dikatakan seperti itu,” tandasnya.

NKSA Bukan Gafatar
Selama kurun waktu empat tahun Gafatar berdiri, dokumentasi ormas yang ditelusuri Madiunpos.com memang tak putus mengabarkan aneka aktivitas sosial yang ditujukan kepada masyarakat. Hingga kini, sejumlah akun Facebook ataupun fanpage Gafatar se-Indonesia membuktikan klaim Riko dan Budi itu.

“Mungkin ada kecemburuan atau faktor lainnya, hingga Gafatar belum mempunyai SKT. Akhirnya kami membubarkan Gafatar tanpa mengubah nama, sedangkan untuk nama Negara Karunia Semesta Alam (NKSA) yang beredar luas kemungkinan organisasi lain yang tidak berhubungan dengan Gafatar,” paparnya sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara.

Siapkan Banyak Pangan
Dalam konsep organisasinya, lanjut Riko, Gafatar mengajak warga Indonesia kembali ke aturan Tuhan Yang Maha Esa sehingga aturan tersebut satu dan memandang secara fisik dan moral terkait pemahaman bahwa negara ini sedang krisis. “Dalam konsep, kita diberi pemahaman bahwa negara ini sedang krisis moral, sehingga jika hal itu terjadi maka tidak mustahil kalau negara ini akan menjadi negara yang terkutuk, terlihat dari tanda-tanda isu global warming, El Nino, dan lainnya,” tuturnya.

Oleh karena itu, tambahnya, agar terhindar dari kutukan, langkah sederhana yang harus dilakukan adalah menyiapkan pangan sebanyak-banyaknya. Untuk bertahan dari ancaman kutukan inilah, ratusan mantan anggota Gafatar saat ini melakukan aksi hijrah ke Kalimantan guna bercocok tanam.

Mantan Kepala Bidang Kesehatan Gafatar Jatim, dr Budi Laksmono menambahkan daerah Kalimantan menjadi tujuan utama dari mantan para anggota Gafatar, karena di daerah ini masih memiliki lahan yang luas dan masih sangat subur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya