SOLOPOS.COM - Dokumentasi anggota Gafatar berperan dalam aksi sosial bersih sungai yang digagas Koramil Nlames, Madiun. (Facebook.com)

Ormas Gafatar yang telah membubarkan diri dituding menjadi penyebab banyak orang hilang di Kabupaten Madiun. Kini, mereka yang hilang itu dikembalikan dari Kalimantan.

Madiunpos.com, MADIUN — Bupati Madiun Muhtarom menyambut kedatangan 19 orang mantan anggota organisasi kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan pada gelombang pertama di Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Latihan Kerja Provinsi Jatim di Kecamatan Mejayan, Senin (25/1/2016).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dalam acara penyambutan tersebut, Bupati Muhtarom meminta tokoh agama di Kabupaten Madiun untuk merangkul dan memberikan pencerahan kepada para mantan anggota ormas Gafatar tersebut. Menyusul beredarnya kabar hilangnya dokter Rica Tri Handayani, ormas Gafatar yang sudah menyatakan membubarkan diri dituding sebagai penyebab.

Konon, Rica mencoba menyusul para mantan anggota Gafatar hijrah ke Kalimantan pascadibubarkan karena tak kunjung mendapatkan izin dari Kementerian Dalam Negeri. Bersamaan dengan itu, Gafatar yang bukan ormas keagamaan itu pun diungkit-ungkit asal usulnya. MUI misalnya, menyebut Gafatar yang selama ini tak memosisikan diri sebagai ormas Islam itu sebagai reinkarnasi Al Qiyadah Al Islam, paham Islam yang dianggap sesat.

Tudingan bernuansa SARA terhadap organisasi kemasyarakat nonagama itu, belakangan memicu tindak anarkistis pembakaran permukiman warga pendatang di Kalimantan Barat yang dituding dihuni umat Islam beraliran sesat. Buntutnya, pemerintah harus memulangkan para warga perantau korban pembakaran permukiman itu ke kampung halaman mereka masing-masing.

Atas dasar tudingan MUI itulah, Bupati Muhtarom meminta tokoh agama Madiun meluruskan pemikiran para mantan anggota ormas Gafatar. “Kepada FKUB, Kemenag, dan MUI agar memberikan pencerahan dan penataan kembali keyakinan kepada mantan anggota Gafatar, sehingga mereka benar-benar kembali ke masyarakat seperti biasanya. Kalau Islam ya Islam, kalau agama lain ya taat kepada agama yang diikuti,” ujar Bupati Madiun Muhtarom, saat penyambutan, di Madiun, Senin.

Selain itu, pihaknya juga meminta kepada kepala desa, Babinsa, dan Babinkamtibmas serta jajaran Muspika untuk bisa memberikan perlindungan kepada mantan Gafatar agar pada saat kembali ke masyarakat tidak didiskriminasi. Pihaknya juga mengimbau mantan anggota Gafatar yang telah insyaf, benar-benar ingin memulai hidup baru sesuai aturan yang ada dan tidak mengikuti paham atau ajaran lain yang dilarang pemerintah.

“Dengan perilaku yang demikian, saya yakin masyarakat juga bisa menerima mereka kembali dan keduanya bisa hidup rukun,” kata dia.

Polisi Cegah Penolakan
Kapolres Madiun AKBP Yoyon Tony Surya Putra menjamin, tidak akan ada penolakan dari tetangga-tetangga maupun masyarakat terhadap mantan anggota Gafatar. Ia telah mengerahkan anggotanya untuk melakukan pemantauan dan pengamanan.

“Tidak ada dari warga atau tetangga yang melakukan upaya penolakan. Jadi, sejauh ini, baik informasi dari intelijen maupun polsek-Polsek, belum ada indikasi demikian,” kata AKBP Tony.

Selain Bupati Madiun, penyambutan tersebut juga dihadiri oleh Kepolres Madiun AKBP Yoyon Tony Surya Putra, Komandan Kodim 0803 Letkol (Inf) Rachman Fikri, Kepala Kejaksaan Negeri Mejayan Bambang Eko Mintarjo dan Ketua DPRD Kabupaten Madiun Joko Setiyono, kalangan MUI dan FKUB setempat, serta keluarga mantan Gafatar. Sesuai data, jumlah mantan anggota Gafatar asal Kabupaten Madiun yang dipulangkan dari Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, mencapai 23 orang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya