SOLOPOS.COM - Seorang petani di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, sedang memeriksa debet air dari pompa listrik untuk mengaliri sawahnya, Kamis (29/12/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Heri Sutrisno, 49, teringat jelas sekitar empat tahun lalu saat hendak menanam padi harus berjuang keras untuk mendapatkan solar di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU). Tak jarang, petani asal Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, itu harus mencari bahan bakar di SPBU luar kota.

Saat di SPBU, ia pun harus rela antre berjam-jam untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi itu bersama puluhan petani dan warga lain. Meski begitu, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan solar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Sering juga saya sudah menunggu lama, tetapi harus pulang dengan tangan kosong. Karena tidak kebagian solar,” ujar Heri kepada Solopos.com saat ditemui di lahan sawahnya, Senin (26/12/2022).

Solar tersebut digunakan menggerakkan pompa diesel untuk kebutuhan pengairan sawahnya. Air sangat penting dalam proses pertanian padi. Tanpa air, padi tidak akan bisa tumbuh. Lantaran kerap terlambat mengairi sawah karena tidak dapat jatah solar, masalah tanaman padi rusak hingga gagal panen pun selalu membayanginya saat musim tanam.

Namun, cerita itu nampaknya kini hanya menjadi kenangan Heri. Perubahan itu setelah adanya program listrik masuk sawah. Setelah jaringan listrik teraliri ke sawah, Heri mengganti pompa air dieselnya dengan pompa air listrik.

Baca Juga: Simak! Ini Lokasi Pusat Keramaian saat Malam Tahun Baru 2023 di Madiun

Dia bercerita jaringan listrik masuk ke kawasan persawahan di Desa Kaibon pada 2018. Tak butuh waktu lama, banyak petani di desanya yang kepincut mengajukan penyambungan listrik dan beralih ke pompa listrik.

Menurut dia, ada beberapa alasan kenapa proses migrasi dari pompa diesel ke pompa listrik tergolong cepat di desanya. Pompa listrik dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan pompa air diesel. Selain itu, dari sisi operasional, pompa listrik biayanya jauh lebih murah dibandingkan pompa diesel.

“Saat ini, sudah banyak petani di Kaibon yang memanfaatkan pompa listrik. Pompa diesel saya sudah tidak pernah dipakai,” ujarnya.

Heri menuturkan untuk investasi awal pembangunan pompa sumur listrik memang membutuhkan biaya yang cukup mahal. Biaya itu mulai dari pembuatan sumur dalam yang harus berada di kedalaman 60 meter sampai 100 meter. Selain itu juga biaya pembelian mesin pompa listrik hingga membeli paralon yang dibutuhkan.

“Rata-rata petani di sini, satu titik untuk buat sumur sibel [pompa submersible] butuh sekitar Rp20 juta. Segitu sudah mengalir airnya,” kata Heri.

pertanian di madiun
Debit air yang keluar dari pompa listrik di area persawahan di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Kamis (29/12/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Meski mengeluarkan uang cukup banyak di awal, menurut dia itu jauh lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pompa diesel. Karena pompa diesel itu secara perawatan cukup tinggi dan mesinnya kerap rusak.

Dia membandingkan untuk mengairi lahan sawah seluas 1 hektare setidaknya dibutuhkan waktu mencapai 24 jam. Air yang bisa dikeluarkan hanya 10 sampai 15 kubik per menit. Sedangkan untuk kebutuhan solar per jam sekitar 1 liter.

Sedangkan dengan pompa listrik, kata dia, untuk mengaliri lahan 1 hektare hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat karena air yang dihasilkan dari pompa listrik ini bisa mencapai 60 kubik per menit. Sedangkan biaya listrik rata-rata hanya sekitar Rp6.000 per jam.

“Secara hitung-hitungan, biaya operasional pompa listrik ini lebih murah dibandingkan dengan pompa diesel. Air yang dihasilkan lebih besar, jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengairi lahan 1 hektare bisa lebih singkat,” terang dia.

Baca Juga: Akses Masuk ke Surabaya bakal Ditutup pada Malam Tahun Baru, Simak Jadwalnya

Cerita serupa juga dikatakan petani asal Kaibon lainnya, Basuki. Dia yang sudah bertahun-tahun menggunakan pompa diesel untuk kebutuhan pengairan sawah menyebut biaya operasionalnya memang lebih tinggi dibandingkan pompa listrik.

“Yang jelas kalau menggunakan pompa listrik ini lebih mudah. Semisal saya lagi di luar kota, padahal sawah butuh air, saya bisa minta istri untuk mengoperasikan karena tinggal nekan sakelar. Beda saat pakai diesel, ga mungkin bisa untuk ditinggal harus menunggu sampai benar-benar selesai. Karena untuk mengoperasikannya diesel kan juga butuh tenaga,” terangnya.

Hasil Panen Meningkat

Kebutuhan air yang tercukupi berbanding lurus dengan hasil panen yang berlimpah. Untuk itu, pengairan menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dalam urusan menanam padi.

Sejak pola pengairan berubah dari pakai pompa diesel ke pompa listrik, Heri bisa menanam padi tiga kali masa tanam. Padahal sebelumnya hanya bisa menanam padi dua kali musim saja. Sedangkan pada saat musim kemarau diganti palawija.

Baca Juga: 75.990 Tiket KA Nataru Terjual di Madiun, Masih Ada 36.278 Tiket Belum Terjual

“Ada juga yang musim kemarau nanam padi. Tapi ya tidak maksimal. Karena saat itu pengairan masih pakai pompa diesel. Saat musim kering, pompa kesulitan untuk mengangkat air. Jadinya kebutuhan air tidak tercukupi, dampaknya panen tidak maksimal,” kata dia.

Mengenai hasil panen, lanjut Heri, benar-benar ada peningkatan kuantitas panen. Saat masih menggunakan pompa diesel, hasil panennya hanya di angka 6 sampai 7 ton per 1 hektare. Namun, setelah menggunakan pompa listrik, hasil panennya bisa naik antara 9 hingga 10 ton per 1 hektare.

“Sebagai petani yang sudah berupuluh-puluh tahun. Saya mengalami masa pengairan pakai irigasi, mesin diesel, dan sibel [pompa listrik] ini. Saya benar-benar merasakan ada kemudahan ya saat pakai pompa air listrik. Hasilnya juga lebih maksimal,” terangnya.

Heri dan Basuki kini merasa lebih tenang terkait kebutuhan air bagi sawahnya. Kebutuhan air yang terpenuhi ini membuat keduanya yakin masa depan pertanian akan semakin cerah dan kebutuhan pangan bisa terpenuhi. Selain itu, dengan hasil panen yang optimal juga membuatnya bisa memenuhi kebutuhan hidup dari sektor pertanian.

Baca Juga: Innalillahi, 130 Orang Meninggal karena Kecelakaan di Jalanan Madiun  

“Saya merasakan, sejak ada program listrik masuk sawah ini, petani semakin makmur. Petani merasa terbantu. Karena lebih mudah, biaya lebih murah, dan hasil bisa melimpah,” ujar Basuki.

Permintaan Penyambungan Tinggi

Program listrik masuk sawah atau Electrifying Agriculture merupakan program dari PT PLN di sektor pertanian. Asisten Manajer Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Madiun, Indra Sujatmika, mengatakan program listrik masuk sawah di wilayah Madiun ini mendapat sambutan antusias dari para petani.

Indra menuturkan program ini ramai dan diminati para petani sejak lima tahun terakhir. Namun, angka permintaan pemasangan jaringan paling tinggi terjadi pada tiga tahun terakhir.

Indra menyebut jumlah pelanggan untuk program Electrifying Agriculture di wilayahnya mencapai puluhan ribu petani yang tersebar di wilayah Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan.

pertanian di madiun
Seorang petani sedang membajak lahan sawahnya di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Kamis (29/12/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Peningkatan jumlah perminataan pemasangan jaringan paling tinggi terjadi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2020, jumlah pelanggan baru di sektor ini mencapai 14.831 petani. Pada 2021, jumlah pelanggan baru sebanyak 11.787 petani. Pada 2022, jumlah pelanggan baru ada 14.073 petani.



“Kalau di wilayah UP3 Madiun, paling banyak memang di Ngawi. Karena di sana menjadi lumbung pangan nasional ya, jumlah petaninya juga banyak,” terang dia yang ditemui di kantornya, Senin (26/12/2022).

Antusiasme petani untuk mengajukan pemasangan jaringan listrik ini memang terjadi lonjakan mulai 2020. Pemanfaatan listrik untuk pertanian yang memiliki dampak signifikan menjadi salah satu alasan para petani beralih. Selain juga pembatasan pembelian bahan bakar fosil.

Indra menyampaikan saat ini masih ada sekitar 25 kelompok yang terdiri dari ratusan petani di wilayahnya menunggu pemasangan jaringan. Permintaan tersebut tidak bisa langsung dipenuhi karena keterbatasan material, seperti tiang hingga kabel.

Baca Juga: Nahas, Manusia Silver Berusia 18 Tahun Tenggelam saat Mandi di Sungai Sampang

“Untuk yang sudah mengajukan, kami upayakan tahun depan diusulkan material-material yang dibutuhkan. Supaya bisa kita bangun jaringan di sana,” ujarnya.

Penghematan biaya operasional hingga mencapai 60% ini membuat para petani kepincut untuk beralih ke energi listrik.

Keuntungan lain yang didapat petani ikut Electrifying Agriculture akan mendapatkan layanan meter prabayar. Untuk pelanggan umum, seperti rumah tangga dan industri dengan daya di atas 6.600 VA harus menggunakan layanan pascabayar. Dengan demikian, para petani ini tidak perlu merisaukan pembayaran biaya minimum yang dibebankan untuk pelanggan pascabayar.

“Petani ini kan tidak rutin menggunakan pompa listrik untuk pengairan. Jadi dibuat program prabayar ini supaya mereka tidak terbebani biaya minimum. Petani hanya membeli token listrik sesuai kebutuhan mereka. Saat mereka butuh, token diisi. Saat enggak digunakan ya tidak diisi.”

Baca Juga: Ubah Tempat Wingit Jadi Pasar Wisata, Warga Gunungsari Kini Lebih Sejahtera



PLN masih membuka diri untuk program ini. Bagi petani yang ingin lahan sawahnya tersambung dengan listrik bisa mengajukan ke PLN secara kolektif.

Program listrik masuk sawah bertujuan mendukung produksi padi sehingga hasil bisa maksimal. Terlebih Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi selama ini dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Timur. Dengan hasil panen yang maksimal, harapannya keuntungan petani juga semakin besar dan kebutuhan pangan nasional tetap terjaga.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, produksi padi di Ngawi mencapai 786.475 ton dengan luas lahan panen 128.737 hektare. Sedangkan Kabupaten Madiun produksi padi mencapai 461.798 ton dengan luas panen 75.713 hektare. Kedua daerah ini menjadi 10 daerah yang menjadi lumbung padi di Jawa Timur.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya