SOLOPOS.COM - Siswati (62) menyelesaikan pengerjaan batik tulis bermotif daun mangrove di rumah industri miliknya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/2/2022). UMKM Batik Kembang Ayu tersebut memproduksi batik tulis dengan menampilkan motif - motif dari mangrove sekaligus untuk mendorong pemanfaatan alam bagi pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). ANTARA FOTO/Patrik Cahyo Lumintu/pras.

Solopos.com, SURABAYA — Batik merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh beberapa daerah di Indonesia dengan ciri dan keunikan masing-masing.  Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang memiliki banyak kain batik dengan motif yang beragam.

Salah satunya adalah batik Mangrove Rungkut atau kerap dikenal dengan batik Seru (Seni Batik Mangrove Rungkut). Batik ini merupakan salah satu batik khas dari Kota Surabaya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Batik Mangrove Rungkut adalah batik asal Surabaya yang memiliki corak motif dan warna unik. Dikutip dari artikel ilmiah berjudul Batik Mangrove Rungkut Surabaya yang ditulis Eny Kurniawati pada tahun 2015, batik ini diciptakan dan dikembangkan sendiri oleh Lulut Sri Yuliani di Kelurahan Kedung Asem, Kecamatan Rungkut, Surabaya pada tahun 2007.

Lulut Sri Yuliani telah belajar tentang batik sejak duduk di bangku perkuliahan. Lulut merupakan sesosok perempuan yang memiliki banyak pengalaman di dunia pekerja. Ia pernah menjadi guru, pimpinan perusahaan, anggota tim penulis buku, instruktur tari, dan lain-lain. Dikutip dari digilib.isi.ac.id, Lulut bahkan pernah menjadi Perempuan Inspiratif Nova pada tahun 2012.

Pembuatan batik Mangrove Rungkut ini mengambil referensi dari tanaman mangrove langsung. Seperti dialansir jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id, Lulut menggunakan tanaman mangrove sebagai tanaman budi daya dan menjadikannya salah satu bentuk pelestarian agar masyarakat dapat memanfaatkannya secara bijak dan tepat.

Ada alasan tersendiri menganai penggunaan mangrove dalam batik yang dibikin Lulut. Dia menggunakan tanaman mangrove karena saat itu terjadi pembalakan liar yang merusak ekosistem mangrove pada 2007.

Untuk itu, Lulut mulai bereksperimen dalam membuat corak motif dan warna alami menggunakan tanaman mangrove. Selain itu, dia mengajak masyarakat untuk memberdayakan batik Mangrove Rungkut ini.

Saat berhasil membuat 44 pola yang dijadikan pakem atau aturan motif, Lulut bersama Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker) mengadakan pelatihan membantik kepada masyarakat. Alhasil, batik Mangrove Rungkut berkembang secara pesat tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga sampai ke mancanegara.

Mengutip dari artikel ilmiah yang berjudul Galeri Batik Mangrove di Surabaya oleh Theodorus Akwila Previan dan Christine Wonoseputro pada tahun 2015, Lulut sudah mengadakan beberapa pelatihan dan pameran terkait batik Mangrove Rungkut di Cina, Amerika, Jepang, dan Singapura.

Hal yang mendasari keunikan batik Mangrove Rungkut dibandingkan dengan batik lain adalah corak motif dan warna yang terinspirasi dari tanaman mangrove.

Ornamen-ornamen dalam batik ini memiliki motif unik yang diambil dari ekosistem hutan mangrove, seperti buah, daun tanaman mangrove, dan bunga. Selain itu, batik ini juga mengambil inspirasi motif dari beberapa ekosistem laut, seperti ikan kembung, terumbu karang, ubur-ubur, dan lain-lain.

Warna batik Mangrove Rungkut diambil dari zat warna yang terkandung dalam tanaman mangrove. Biasanya, warna yang dihasilkan adalah warna cokelat kehijauan, cokelat muda, dan hijau kekuningan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya