SOLOPOS.COM - Monumen Peta di Kota Blitar. (Istimewa/blitarkota.go.id)

Solopos.com, BLITAR — Kota Blitar selama ini dikenal sebagai tempat dimakamkannya Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Kota Blitar memiliki julukan sebagai Kota Patria, yang memiliki arti mendalam dan mengandung semangat perjuangan.

Kota Blitar ini lokasinya berada di bagian selatan Provinsi Jawa Timur. Kota Blitar ini memiliki luas wilayah sekitar 32,58 km persegi dan terdiri dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, dan Kecamatan Sananwetan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dilansir dari situs resmi blitarkota.go.id, Senin (17/10/2022), masyarakat Kota Blitar sangat bangga sebagai pewaris Aryo Blitar, pewaris Soedanco Soeprijati yang merupakan pimpinan Peta (Pembela Tanah Air) di Blitar saat zaman penjajahan Jepang dan pewaris Soekarno yang merupakan Presiden pertama RI dan juga proklamator kemerdekaan RI.

Dengan semangat perjuangan yang ingin dilestarikan dan terus dikobarkan, kemudian Pemkot Blitar membangun semboyan Patria. Kata Patria sendiri merupakan disusun dari kata Pa atau Peta yang merupakan akronim dari Pembela Tanah Air. Kemudian dilanjut dengan kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Deretan kata itu kemudian disingkat menjadi Patria.

Baca Juga: Hujan Semalaman, Ratusan Rumah di Banyuwangi Kebanjiran

Bukan hanya itu, kata Patria memang sengaja dipilih karena kata ini mengandung makna “cinta tanah air”. Sehingga dengan menyebut kata Patria, warga Blitar akan terbayang kobaran semangat nasionalisme yang telah ditunjukkan oleh para patriot bangsa yang ada di Kota Blitar. Ini menjadi dasar kenapa Kota Blitar disebut sebagai Kota Patria.

Sejarah Singkat Blitar

Berdasarkan informasi dari visitblitar.com, pada era kerajaan Majapahit, bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai daerah Blitar yang pada waktu itu belum bernama Blitar. Kala itu, Majapahit merasa perlu untuk merebutnya dengan mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar.

Pada akhirnya Nilasuwarna berhasil mengusir bangsa Tartar dari tanah tersebut. Atas jasanya itu, Nilasuwarna dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar dan diangkat sebagai adipati pertama dengan diberi wilayah kekuasaan daerag tersebut. Tanah yang berhasil dibebaskan dari bangsa Tartar itu kemudian dinamakan Blitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar.

Kota Blitar sendiri ditetapkan sebagai kotapraja atau gemeente sejak 1 April 1906 berdasarkan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906. Pembentukan itu bersamaan dengan dibentuknya beberapa kota lain di Pulau Jawa, seperti Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Kota Magelang, Semarang, Salatiga, Madioen, Soerabaja, dan Pasoeroean.

Baca Juga: Kecewa Ada Polisi Terjerat Kasus Narkoba, Granat: Jenderal Kok Nyambi Jual Sabu

pada zaman pendudukan Jepang, bersadarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km persegi dan dipimpin oleh seorang shi-ch.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar kemudian ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km persegi. Selanjutnya, nama kota ini kemudian diubah lagi menjadi Kotamadya Blitar dengan luas wilayah bertambah menjadi 32,58 km persegi dengan terdiri dari tiga kecamatan dan 20 kelurahan. Kemudian berdasarkan UU No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya