Jatim
Kamis, 3 Agustus 2023 - 20:41 WIB

Melacak Peninggalan Maritim di Pulau Bawean Gresik si Mutiara Laut Jawa

Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pulau Selayar, salah satu destinasi wisata di Pulau Bawean, Gresik. (disparbud.gresikkab.go.id)

Solopos.com, SOLO-–Jika Anda mencari suasana pulau tropis yang menyegarkan, Pulau Bawean adalah pilihan yang sempurna untuk dikunjungi. Dengan luas sekitar 196,3 kilometer persegi, pulau ini memiliki kekayaan alam yang memukau, seperti hutan tropis, pantai berpasir putih, dan air laut yang jernih.

Pulau Bawean terletak di Laut Jawa berjarak sekitar 80 mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Sejak tahun 1974, Pulau Bawean secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Tahun-tahun sebelumnya sejak pemerintahan kolonial, Pulau Bawean masuk wilayah Surabaya.

Advertisement

Kendati masih kalah populer dibandingkan wisata eksotis lainnya seperti Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur serta Raja Ampat di Papua Barat Daya, Pulau Bawean dijuluki sebagai “mutiara yang tersembunyi di Laut Jawa” oleh orang-orang yang pernah mengunjunginya. Bahkan, ada pula yang menyebutnya sebagai “sekeping nirwana di Laut Jawa”.

Julukan itu muncul karena Bawean memiliki pantai berpasir putih yang alami, taman laut yang terjaga, dan masyarakat yang ramah. Di sana, ada beberapa wisata alam seperti Tanjung Gaang, Danau Kastoba, Pulau Gili, Pulau Noko, Penangkaran Rusa Bawean, dan Air Terjun Laccar.

Saat sore hari menjelang matahari terbenam, wisatawan disarankan menuju ke Pantai Selayar. Di pantai pasir putih yang membentang luas itu, momentum sunset bak lukisan alam yang sangat eksotis. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa menyeberang ke gili (pulau) di sebelah Bawean, bila air laut tengah surut.

Advertisement
Pantai Ria, salah satu objek wisata di Pulau Bawean, Gresik. (disparbud.gresikkab.go.id)

Pasir Putih dan Air Laut Bening

Selain melakukan tracking, seperti dikutip dari Indonesia.go.id, wisatawan juga bisa berlayar menggunakan perahu sewaan menuju pulau-pulau di sekitar Bawean. Salah satu pulau andalan adalah Pulau Noko Barat, pulau kecil dengan pasir putih dan ombak tenang serta permukaan laut yang bening.

Pulau Noko Barat dapat ditempuh dengan waktu setengah jam dari Bawean. Di sana, dasar laut yang kaya dengan terumbu karang dapat terlihat dengan jelas.

Wisatawan juga bisa menikmati keindahan Danau Kastoba yang konon terletak tepat di tengah-tengah 99 bukit yang ada di Pulau Bawean. Masih ada juga spot menarik lain di Pulau Bawean yang sangat layak dikunjungi, yakni lokasi penangkaran rusa.

Masyarakat asli yang mendiami Pulau Bawean dikenal sebagai suku Bawean. Menurut Badan Pusat Statistik, suku Bawean itu termasuk dalam subsuku Jawa. Warga Bawean, terutama laki-laki, acap kali merantau demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat yang mendiami pulau itu adalah perempuan.

Advertisement

Lantaran kebiasaan merantau, kini masyarakat Bawean diketahui berada di banyak tempat di dunia. Di Malaysia dan di Singpura, perantauan asal Pulau Bawean sudah beranak pinak sejak ratusan tahun lalu. Kedatangan orang Boyan, sebutan perantau asal Bawean di negeri jiran, sejak 1828 itu diawali dengan perannya sebagai pedagang laut.

Makam Panji Cokrokusumo, salah satu objek wisata religi di Pulau Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)

Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Tambak. Di Kecamatan Tambak terdapat lima pulau, yaitu Pulau Gili Barat, Pulau Batu Kerbau, Karang Bilah, Tanjung Cina, dan Pulau Nusa. Sedangkan di Kecamatan Sangkapura terdapat empat pulau, yaitu Pulau Gili Timur, Pulau Noko, Pulau Selayur, dan Pulau Telur.

Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik, wisata alam di Pulau Bawean ada 16 titik. Yaitu Pantai Tanjung Ghe’en, Pantai Selayar, Pantai Mombhul, Pantai Pulau Cina, Pantai Labuhan, Pantai Hutan Lindung Mangrove, Pantai Nyimas, Pantai Tinggen, Pulau Noko gili, Bawean Under Water, Danau Kastoba, Penangkaran Rusa Bawean, Air Terjun Laccar, Air Terjun Patar Selamat, Air Panas Kebundaya, dan Air Panas Kepuhlegundi.

Sedangkan tempat wisata religi di pulau tersebut, yakni Makam Kubur Panjang, Makam Cokrokusumo, Makam Jujuk Campa, Makam Jujuk Tampo, Makam Pangeran Purbonegoro, Makam Umar Mas’ud, dan Makam Wilayah Zainab.

Advertisement

Laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang diakses Kamis (3/8/2023), menyatakan Pulau Bawean mempunyai posisi strategis secara geografis dan memegang peranan sebagai salah satu lokasi transit alat perhubungan laut di masa lalu hingga masa sekarang.

Mengingat kedudukannya sebagai salah satu mata rantai dari jalur perdagangan dan pelayaran di Laut Jawa tidaklah mengherankan apabila Pulau Bawean sejak dulu merupakan wilayah yang menarik untuk dilakukan penelitian dalam berbagai bidang.

Data Arkeologi Maritim di Bawean

Beberapa penulis asing membahas tentang Pulau Bawean walaupun tidak secara khusus meneliti data arkeologi yakni J.E. Jasper (1906) dan C. Lekkerker (1935). Selain itu, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pernah melakukan penelitian ke pulau tersebut pada tahun 1970-an.

Tanjung Gheen menjadi salah satu objek wisata di Pulau Bawean. (disparbud.gresikkab.go.id)

Di luar hasil kerja mereka, informasi yang berhubungan dengan sumber daya arkeologi di Pulau Bawean dan sekitarnya sangat terbatas. (Koestoro, 1998: 12).

Advertisement

Balai Arkeologi Yogyakarta pada 1985/1986 pernah melakukan penelitian arkeologi bertema Survei Arkeologi Islam di Pulau Bawean Jawa Timur dengan hasil berupa tinggalan arkeologi seperti makam-makam kuno serta objek/situs yang berkaitan dengan bentuk okupasi pertahanan, perdagangan, dan keagamaan.

Pada 2015, Balai Arkeologi Yogyakarta kembali melakukan penelitian di Pulau Bawean dengan kajian arkeologi maritim. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi tinggalan arkeologi maritim di Pulau Bawean secara bertahap.

Hasil penelitian tahun 2015 diperoleh informasi mengenai tinggalan arkeologi maritim di Pulau Bawean yaitu:

1. Bekas pelabuhan lama Bawean dan sarana pendukungnya di Desa Sawahmulya

2. Nisan-nisan kuna di Desa Sawahmulya

3. Expose Wreck di gosong Pulau Gili di Desa Sidogedongbatu di Kecamatan Sangkapura

Advertisement

4. Konsentrasi fragmen keramik asing di Pulau Cina di Desa Dedawang dan di Desa Diponggo, keramik-keramik asing yang masih utuh di rumah-rumah penduduk di Desa Diponggo dan Desa Sidogedongbatu,

5. Meriam-meriam kuno di sekitar Desa Diponggo sebanyak 2 buah dan Koramil 0817/18 Tambak sebanyak 3 buah di Kecamatan Tambak; serta
tinggalan arkeologi yang berasal dari Pulau Bawean yang menjadi koleksi Museum Sunan Giri di Gresik.

Pulau & Pantai Noko Gili yang ada di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. (Istimewa/disparbud.gresikkab.go.id)

Pada kegiatan penelitian tahap kedua di tahun 2016, identifikasi potensi arkeologi maritim di Pulau Bawean didapati informasi:

1. Keberadaan shipwreck di Gosong Pulau Gili dan wreck di Pulau Nusa

2. Poros tata kota Kecamatan Sangkapura – pelabuhan yang meliputi pesanggrahan, pelabuhan masa kolonial, Kampung Boom, pemecah ombak kolonial, pasar, alun-alun, masjid Jami dan kawedanan.

3. Sebaran keramik asing di desa-desa wilayah kecamatan Sangkapura seperti Sawah Mulya, Sungai Rujing, Pudakit, Kumalasa, Gunung Teguh, Sidogedungbatu, Teluk dalam, dan Kepuh Teluk dalam bentuk utuh maupun fragmentaris serta keramik asing dari Cina, Asing Tenggara, dan Eropa

4. Mata uang kuno sebanyak 235 koin. Variasi dan karakter koin yang dijumpai yaitu dari tahun 1858 – 1945; koin berbahan perak hingga perunggu; koin yang berdiameter 1,6 cm hingga 3,1 cm; keberadaan meriam-meriam kuno sebenarnya sudah dilakukan peninjauan di tahun 1980-an oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan SPSP Jawa Timur

5. Data artefaktual yang bernapaskan Buddhis berbentuk stupika juga masih dijumpai di Bawean. Stupika merupakan replika stupa yang bentuknya kecil dan terbuat dari terakota (tanah liat yang dibakar). Asal usul stupika menurut pemilik dan penyimpan stupika ini dari Desa Sidogedongbatu. Temuan stupika ini juga menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Giri Gresik; dan batu kenong atau menyerupai batu umpak sebanyak 8 buah.

Ngetrip Murah ke Pulau Bawean ( (IG @rezadiasjetrani))

Lalu bagaimana wisatawan bisa sampai ke Pulau Bawean? Ada dua moda transportasi yang bisa dipilih yakni via laut atau udara. Bila memilih jalur laut, tersedia kapal cepat Ekspress Bahari IC yang beroperasi pada jadwal tertentu dari Gresik. Dengan kapal cepat, dibutuhkan waktu tiga jam untuk mencapai Pulau Bawean.

Lazimnya, orang akan memilih untuk menempuh perjalanan laut ke Bawean pada rentang waktu antara Maret hingga November. Pasalnya, pada Desember hingga Februari ombak di perairan itu relatif tinggi, ditimpali embusan angin yang relatif kuat.

Sedangkan perjalanan jalur udara juga bisa ditempuh karena belum lama ini Kementerian Perhubungan telah membuka rute penerbangan perintis dari Bandara Juanda ke Bandara Harun Thohir. Lapangan terbang resmi dioperasikan secara komersial pada 30 Januari 2023.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif