SOLOPOS.COM - Kondisi tanah merekah akibat pergerakan tanah di Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Ponorogo. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Longsor Ponorogo, aktivitas tanah bergerak di Desa Talun Kecamatan Ngebel terus terjadi.

Madiunpos.com, PONOROGO — Aktivitas tanah bergerak masih terus mengancam warga di Dukuh Krajan, Desa Talun, Kecamatan Ngebel, hingga Senin (25/4/2016).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Bahkan, saat ini rumah yang terdampak akibat pergerakan tanah itu sebanyak 67 rumah, padahal sebelumnya hanya 39 rumah yang terdampak.

Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Hery Sulistyono, menyampaikan aktivitas tanah bergerak di Dukuh Krajan hingga kini terus terjadi.

Tetapi, pergerakan tanah itu tidak menyebabkan longsor. Mengenai kondisi tersebut, BPBD Ponorogo pun menaikkan status di Desa Talun menjadi siaga, yang artinya warga harus lebih siaga dalam kondisi apa pun.

Hery menambahkan saat ini sudah ada 67 rumah  di desa setempat yang terdampak dari aktivitas alam itu. Di 67 rumah itu terdapat 308 jiwa yang saat ini waswas atas kondisi tersebut.

“Sebelumnya kan hanya 39 rumah yang terdampak, sekarang meningkat menjadi 67 rumah. 67 rumah itu mengalami retak-retak hingga rusak ringan, kondisi itu membuat mereka waswas,” kata dia saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (25/4/2016).

Dia menyampaikan hingga kini 105 orang dari Dukuh Krajan masih mengungsi di Balai Desa Talun. Sehingga, warga tersebut telah mengungsi di balai desa setempat selama 10 hari.

Dia mengklaim selama di pengungsian seluruh warga telah dicukupi kebutuhan hidupnya, mulai dari kebutuhan makanan hingga kebutuhan mandi cuci kakus.

“Kami juga masih menyiagakan tenaga medis dan sejumlah relawan di Desa Talun. Sejauh ini keluhan dari pengungsi hanya menunggu kepastian kondisi rumah mereka aman dan bisa segera kembali ke rumahnya,” jelas dia.

Hery menuturkan tim dari Badan Geologi Bandung telah melihat kondisi alam di Desa Talun pada Jumat (22/4/2016) lalu. Namun, hingga kini hasil dari penelitian belum keluar sehingga pemerintah belum bisa melakukan langkah selanjutnya.

Tim dari Badan Geologi Bandung menyarankan warga untuk tetap waspada saat berada di sumber air atau di Gunung Banyon. Hal ini karena pergerakan tanah terus terjadi dengan intensitas yang beragam.

“Kondisi alam di Desa Talun berbahaya ketika terjadi hujan deras, tanah gerak juga bisa menyebabkan longsor. Kami belum menerima rekomendasi dari tim Badan Geologi Bandung,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya