SOLOPOS.COM - Ilustrasi penguasa (27/10/2014). (Yayus Yuswoprihanto/JIBI/Bisnis)

Lagu Sunan Kalijaga ini sangat akrab dengan dunia anak-anak. Siapa sangka, lagu ini ternyata menyindir penguasa negara.

 

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Lagu anak-anak berjudul Gundul Gundul Pacul konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga, seorang ulama yang sampai saat ini tetap diyakini masyarakat luas sebagai waliyullah.

Seorang warga Madiun, Basuki Tunggul Jati, melalui akun facebooknya menulis ulang lagu Gundul Gundul Pacul itu. Ia kemudian menafsirkan lagu anak-anak itu per kata dengan uraian cukup aktual dan menggelitik para penguasa di negeri ini.

Berikut ulasannya:

Gundul-gundul pacul-cul gembelengan

Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Kepala adalah simbol kehormatan atau kemuliaan seseorang, sedangkan rambut adalah mahkota simbol keindahan kepala.

Maka gundul dapat diartikan sebagai kehormatan tanpa mahkota.

Pacul adalah alat pak tani (kawulo alit) yang terbuat dari lempeng besi segi empat.

Jadi gundul-gundul pacul itu artinya bahwa seorang pemimpin itu sesungguhnya bukan sekedar orang yang bermahkota, lebih dari itu dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul guna mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.

Orang Jawa memiliki falsafah tentang pacul.

Pacul itu katanya “papat sing ucul” atau “empat yang lepas’.

Maksudnya, kemuliaan seseorang itu tergantung empat hal, yaitu bagaimana seseorang menggunakan:

1. Mata, digunakan untuk melihat yang baik-baik, sehingga otak juga tidak selalu curiga, iri , dengki, tapi sebaliknya selalu berfikir obyektif dan positip terhadap lingkungpannya.

2. Telinga sebagai simbol keterbukaan sikap terhadap kritikan, nasehat tentang kesulitan hidup rakyat kecil.

3. Hidung, yang mengajarkan kepada kita sikap yang kritis dan selektif terhadap setiap informasi yang berasal dari luar. Selain itu, hidung juga untuk mencium bau-bauan yang wangi, bukan untuk mencari kebusukan atau kesalahan orang lain kemudian terus dikriminalisasikan.

4. Mulut, digunakan untuk berbicara dan menyatakan kebaikkan, kebenaran dan keadilan, bukan fitnah yang dapat memecah belah rakyat. Setiap kata yang keluar dari mulut merupakan penjelasan tentang pikiran, kehendak, sikap, dan kepribadian kita.

Bukan hanya pedang saja yang dapat menyakiti, tapi sakit hati juga bisa disebabkan oleh mulut yang tidak terkontrol.

Jika empat hal tersebut di atas terlepas dari seorang pemimpin, maka lepas pula kehormatan dan kekuasaannya.

Sekarang ini banyak pemimpin atau wakil rakyat yang lupa bahwa dirinya adalah pengemban amanah rakyat, mereka malah menggunakan kekuasaannya untuk kemuliaan dirinya sendiri, menggunakan kedudukannya untuk memenuhi nafsunya sendiri dan menganggap kekuasan itu hasil kepandaiannya.

Arti kata nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan adalah membawa tempat nasi di kepalanya. Wakul adalah simbol kesejahteraan rakyat, kekayaan negara, sumber daya alam, pajak dan lain-lainnya.

Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia adalah pengemban amanah penting membawa bakul milik rakyat dikepalanya, artinya kepala yang dia anggap sebagai kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Pemilik bakul lebih tinggi kedudukan dan derajatnya dibandingkan denga pembawa bakul, karena dia hanyalah pembantu dari pemiliknya.



Sekarang ini banyak pemimpin yang gembelengan, melenggak-lenggokkan kepalanya dengan sombong, merekapun bahkan main-main dengan kedudukannya.

Akibatnya, wakulnya terguling jatuh sehinggga nasinya tumpah dan berserakan di tanah, jadi kotor dan tidak bisa dimakan.

Jadi, jika pemimpinnya banyak yang gembelengan, maka sumber daya kehidupan bangsa dan negara akan tumpah kemana- mana dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat banyak.

Jadi gundul- gundul pacul adalah orang yang keempat inderanya (mata, telinga, hidung dan mulut) tidak digunakan denga baik dan benar. Mereka gembelengan atau sombong. Sedangkan nyunggi- nyunggi wakul- kul artinya siapa yang menjunjung amanah rakyatnya dengan gembelengan maka akhirnya wakulnya ngglimpang segane tumpah dadi sak latar dan karena itu harus dipertanggung jawabkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya