SOLOPOS.COM - Seekor tukik penyu hijau (Chelonia Mydas) diterpa ombak saat pelepasan 1.000 tukik di tepi Pantai Taman Kili-kili, Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (3/10/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Konsercasi hewan yakni penyu dilakukan di Trenggalek.

Madiunpos.com, TRENGGALEK — Momentum pelepasan tukik atau anakan penyu secara massal di wilayah pesisir Kabupaten Trenggalek akan mulai dikurangi bertahap.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Dinas Perikanan Trenggalek Syuhadak Abdullah mengatakan secara ilmiah tukik-tukik tidak boleh ditahan terlalu lama di penangkaran agar harapan hidup lebih tinggi.

“Setelah menetas kami akan langsung kasih jalan agar ke laut supaya bisa cepat beradaptasi dengan habitat aslinya,” kata Syuhadak Abdullah.

Ia mengaku bersyukur kegiatan konservasi penyu tersebut kini banyak didukung oleh berbagai pihak, baik BUMN, swasta, hingga LSM dan masyarakat umum.

“Istilahnya keroyokan, dari pemerintah ada, provinsi ada, pusat ada, masyarakat juga mau turun tangan. Ini kan bagus namanya,” kata Hadak, panggilan Syuhadak Abdullah, Selasa (3/10/2017), di Trenggalek.

Dia memaparkan penyu dikatakan dewasa atau bisa bertelur saat usia 25 sampai 30 tahun. Dengan demikian, lanjut dia, tukik-tukik yang dilepaskan kemungkinan akan bisa berkembang biak lagi setelah usia 25-35 tahun.

Namun berdasar penelitian, kata dia, persentase harapan hidup tukik hasil penangkaran yang dilepasliarkan hanya sekitar tiga persen.

“Kenyataannya lebih rendah lagi akibat tingginya risiko [tukik] diserang predator alaminya seperti ikan, kepiting dan sebagainya,” jata dia.

Selain itu, tak jarang tukik-tukik terdampak oleh aktivitas nelayan yang terkena jaring, pancing ataupun tersedot baling-baling kapal nelayan.

“Banyak faktor. Penelitian juga menyebut, meski penyu dikenal sebagai satwa yang mampu bermigrasi ribuan mil bahkan antarbenua, tukik yang dilepas di sini nantinya saat dewasa biasanya akan kembali bertelur dimana ia dulu berasal,” kata Hadak.

Pada Selasa lalu, ratusan warga, pegiat lingkungan dan pelajar ramai-ramai melepas 1.000 ekor tukik jenis penyu hijau (Chelonia Mydas) di Pantai Taman Kili-kili, Kabupaten Trenggalek.

Aksi yang diprakarsai komunitas pegiat lingkungan dari Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Konservasi Penyu Taman Kili-kili itu dilakukan secara masal melibatkan berbagai elemen masyarakat yang diberi nama “tradisi ucul-ucul”.

Selain melepas anakan penyu sejumlah 1.000 ekor lebih, tradisi ucul-ucul juga ditandai dengan pelepasan seratusan ekor burung berbagai jenis ke alam bebas.

“Tradisi ucul-ucul ini menjadi kegiatan tahunan setiap di akhir musim penyu bertelur yang biasanya berlangsung pada periode April-Juni,” kata Sekretaris Pokmaswas Konservasi Penyu Taman Kili-kili, Kecamatan Panggul, Eko Margono.

Sebelum pelepasan tukik secara massal itu, Eko mengatakan Pokmaswas Konservasi Penyu Taman Kili-kili secara periodik telah melepas tukik-tukik yang lebih dulu menetas.

Selama periode musim bertelur tahun ini total ada sekitar 3.000 ekor tukik yang sudah mereka lepas liarkan ke laut bebas dengan cara melarungnya dari tepi Pantai Kili-kili (Taman Kili-kili).

“Saat ini masih ada satu kelompok telur yang belum menetas dan masih masa inkubasi di tempat khusus dan rutin kami awasi,” kata Ari Gunawan, penggiat konservasi penyu yang lain.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya