SOLOPOS.COM - ilustrasi masyarakat cinta sholawat

Konflik agama terus terjadi di Pamekasan, Madura, akhir-akhir ini. Mereka sesama muslim saling berseteru lantaran salah satu dari mereka mengunggah ceramah soal Maulid Nabi di situs Youtube.

Madiunpos.com , PAMEKASAN – Konflik atas nama kebenaran keyakinan dan agama di Pamekasan, Madura belum menemui titik terang. Polres Pamekasan terus melakukan mediasi konflik sosial yang dipicu perbedaan paham agama itu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Mediasi pertama telah kami lakukan tadi malam dan kami masih akan melakukan media lanjutan dengan mempertemukan para pihak yang berselisih terkait perbedaan paham itu,” kata Kapolres Pamekasan AKBP Sugeng Muntaha kepada Kantor Berita Antara melalui telepon, Minggu (8/3/2015) malam.

Kelompok masyarakat yang berkonflik itu ialah Gerakan Santri dan Pemuda Rahmatan Lil Alamin (Gesper) dengan warga bernama Hanif.

Pemicunya, Hanif kerap mengundang penceramah beraliran Wahabi bernama Ustad Abu Abdillah Ahmad Zainuddin di masjid setempat. Bahkan, isi ceramah ustad Abu Abdillah Ahmad Zainuddin yang kontroversial diunggah ke situs Youtube.
Para santri yang rata-rata beraliran Sunni itu merasa tersingggung. Mereka menilai ceramah ustad wahabi sangat keras. Bahkan tak jarang isi ceramahnya membahas keburukan memperingati Maulid Nabi.

Namun, hal itu tak diindahkan Hanif. Pada Sabtu (7/3) lalu, ia kembali mengundang penceramah Abu Abdillah Ahmad Zainuddin untuk berceramah di masjid Ridwan di Jalan Pangeran Trunojoyo, Pamekasan.

Sebagian santri yang tidak sepaham dengan pemahaman Abu Abdillah ini berkirim surat kepada Hanif meminta agar bisa berdialog langsung dengan yang bersangkutan.

Pada pukul 20.30 WIB, setelah sang ustad selesai mengisi ceramah agama di masjid Ridwan itu, Hanif lalu menghubungi pengurus komunitas Gasper itu, mempersilahkan mereka berdialog dengan Abu Abadillah di rumahnya.

Di sinilah kericuhan terjadi. Polres Pamekasan pun turun tangan mengamankan aksi itu dan melakukan mediasi di antara kedua kelompok tersebut di Mapolres Pamekasan.

“Mediasi berlangsung, namun tidak tercapai kata sepakat, karena kedua belah pihak sama-sama ngotot bahwa paham mereka yang paling benar,” kata Kapolres.

Polisi akan melakukan mediasi lanjutan dengan mendatangkan pihak yang berkompeten, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan ulama terkemuka di Pamekasan.

“Ini kami lakukan, karena yang berkapasitas untuk menentukan paham salah dan benar, memang yang berkompenten. Kepentingan kami hanya dari sisi keamanannya saja. Kami ingin Pamekasan ini kondusif,” pungkasnya.

Protes atas seringnya pemilik masjid Ridwan mendatangkan penceramah yang berpaham berbeda dengan mayoritas muslim setempat oleh kelompok santri itu tidak hanya sekali, akan tetapi berulang kali. Namun baik Hanif maupun takmir masjid Ridwan tidak mengindahkan itu, karena paham sang ustad yang diundang itu, diyakini benar dan memang sejalan dengan paham yang dianut jamaah masjid itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya