Jatim
Sabtu, 18 Juni 2022 - 14:07 WIB

Kisah Nyi Latung dan Naga Baruklinting di Telaga Ngebel Ponorogo

Roona Nisaus Sholikhah  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Monumen Naga Baruklinting yang dibangun untuk mengenang adanya legenda tersebut Sabtu (18/6/2022) (Solopos.com/Ronaa Nisa’us Sholikhah)

Solopos.com, PONOROGO Legenda Naga Baruklinting erat dengan mitos Telaga Ngebel di Ponorogo, Jawa Timur. Telaga yang berada di kaki Gunung Wilis ini jaraknya sekitar 30 kilometer dari pusat kota Ponorogo.

Telaga yang menjadi tempat wisata dan banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah ini juga sarat akan legenda. Salah satunya, tentu saja, legenda Naga Baruklinting.

Advertisement

Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo juga membangun monumen Naga Baruklinting di sudut telaga sebagai pengingat sekaligus menjadi spot foto.

Budayawan Ponorogo, Gondo Puspito, membenarkan adanya legenda Naga Baruklinting terkiat sejarah munculnya Telaga Ngebel yang berada di Desa Ngebel. Di sana juga terdapat makam Nyi Latung di kompleks petilasan Bale Batur di Desa Ngebel yang diyakini sebagai leluhur desa oleh masyarakat sekitar.

Advertisement

Budayawan Ponorogo, Gondo Puspito, membenarkan adanya legenda Naga Baruklinting terkiat sejarah munculnya Telaga Ngebel yang berada di Desa Ngebel. Di sana juga terdapat makam Nyi Latung di kompleks petilasan Bale Batur di Desa Ngebel yang diyakini sebagai leluhur desa oleh masyarakat sekitar.

”Juga ditemukan lesung milik Nyi Latung yang sudah memfosil di daerah Kare, Madiun,” kata Gondo saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kelurahan Paju, Ponorogo Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga: Telaga Ngebel Bakal Dilengkapi Air Mancur, Butuh Berapa Miliar Rupiah?

Advertisement

”Karena lelah, mereka beristirahat. Salah satu di antara mereka menancapkan parang atau golok di akar pohon,” terang Gondo.

Namun, saat parang ditancapkan, bukan getah pohon yang keluar tapi darah. Rupanya yang disangka akar oleh warga ternyata badan naga. Untuk menyelamatkan diri, mereka akhirnya membunuh ular itu. Gondo menyebut tempat kejadian itu dinamakan Semampir oleh warga Ngebel.

Kulit Ular

Hingga saat ini, memang ada satu pohon yang dipercaya warga sebagai lokasi penemuan ular besar tersebut dan dikeramatkan. Sebab, di batang pohon itu tampak ada guratan bekas kulit ular yang menempel di pohon.

Advertisement

Baca Juga: Puluhan Sapi di Ponorogo Mati karena PMK, Warga Kewalahan Menguburnya

”Ular itu tidak dibuang tapi dagingnya dibawa ke desa untuk dimasak,” terangnya.

Saat hajatan itu digelar, muncul sosok anak kecil yang meminta makan. Wajahnya jelek dan tidak ada satu pun yang memberi makan kecuali seorang nenek. Gondo mengatakan nenek itu adalah Nyi Latung.

Advertisement

Memang ada kebijakan masyarakat Jawa bahwa seorang dengan ekonomi rendah tidak berhak mengikuti hajatan. Begitu pun dengan Nyi latung yang saat itu memang tidak hadir saat hajatan.

”Anak kecil itu berpesan kalau terdengar teriakan warga, Nyi Latung disuruh naik lesung dan membawa centong nasi buat mendayung,” tuturnya.

Kemudian, di anak kecil itu menuju ke lokasi hajatan dan membuat sayembara dengan menancapkan lidi. Bagi siapa pun yang bisa mencabut berarti bisa mengalahkannya. Jika tidak, dia bakal meminta makan.

Baca Juga: Bruk! Pohon Karet Berusia 100 Tahun di Telaga Ngebel Ponorogo Tumbang Diterpa Hujan

Ternyata, tidak ada satu pun orang yang berhasil mencabut lidi tersebut. Akhirnya, anak kecil itu mencabut sendiri lidinya dan dari lubang bekas tancapan lidi itu keluar air bah. Konon, daging ular yang dimasak itu pun berubah menjadi keong.

”Tidak berselang lama, Nyi Latung mendengar teriakan warga dan suara air bah. Dia mengingat pesan anak kecil itu langsung meraih lesung dan centong,” terangnya.

Nyi Latung pun terbawa arus sampai ke barat laut dan terdampar di batu besar yang saat ini dinamakan Bale Batur. Gondo mengatakan cerita ini ada beragam versi lantaran lesungnya ditemukan di sungai Kare Madiun. Versi lain bercerita Nyi Latung sudah sampai Kare, Madiun, lalu kembali lagi ke Ngebel.

”Disebut Baruklinting karena sisik naganya berbunyi klinting-klinting,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif