SOLOPOS.COM - Rebo, 80, manusia tanpa tangan warga Jl. Glagah, RT 003/RW 003, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, mengayuh sepedanya menuju warung kopi di Desa Sukorejo, Rabu (4/1/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif, Mbah Rebo yang tidak memiliki tangan pernah bekerja sebagai pemain akrobat.

Madiunpos.com, PONOROGO — Kisah inspiratif datang dari Kota Reog. Rebo atau akrab disapa Mbah Rebo, 80, warga Jl. Glagah, RT 003/RW 003, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, mempunyai keahlian berakrobat meski dalam kondisi tak memiliki tangan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kala itu, Rabu (4/1/2016) siang, seorang pria bercelana kolor hitam berbaju batik berwarna cokelat panjang dan kepala ditutupi peci hitam mengendarai sepeda kayuh di jalan Desa Sukorejo, Ponorogo. Pria lanjut usia itu tidak menggunakan tangan untuk memegang setang untuk mengendalikan sepeda kayuh itu.

Dia menggunakan bahu untuk mengendalikan laju sepedanya dengan kaki terus mengayuh pedal sepeda yang juga sudah berusia renta. Kemudian, dia pun memarkir sepeda kayuhnya di pinggir bangunan dan segera masuk ke salah satu warung kopi di Desa Sukorejo.

Dialah Mbah Rebo yang berniat hendak ngopi di warung itu. Saat awak Madiunpos.com hendak bersalaman dengannya, Mbah Rebo hanya menundukkan kepala dan berkata dirinya tidak bisa bersalaman karena tidak memiliki tangan.

Mbah Rebo pun berujar kepada pemilik warung kopi untuk menyediakan satu cangkir kopi hitam. Secangkir kopi panas langsung menuju ke hadapan Mbah Rebo. Mbah Rebo pun langsung memegang cangkir berisi kopi panas itu menggunakan jari kaki dan menuangkannya di lepek yang telah disediakan.

Amit yo mas [permisi ya mas],” kata Mbah Rebo sambil mengangkat kakinya di meja dan menggerakan jari kakinya untuk memegang cangkir berisi kopi panas.

Meski tidak memiliki tangan sejak lahir, namun, Mbah Rebo merupakan salah satu orang yang serba bisa di kampungnya. Mbah Rebo terkenal sebagai pekerja seni seperti ludruk dan ketoprak, pemanjat pohon kelapa yang andal, dan jago bela diri. Salah satu pekerjaan yang pernah digeluti Mbah Rebo adalah sebagai seorang pekerja akrobat.

Kepada Madiunpos.com, Mbah Rebo bercerita sejak berusia belasan tahun atau setelah lulus dari Sekolah Rakyat, ia menghabiskan waktunya untuk bertani membantu orang tua. Beberapa tahun menjadi petani membuatnya bosan, karena menjadi petani minim tantangan.

Pertunjukan Sirkus

Mbah Rebo yang suka melihat pertunjukan akrobat atau sirkus pun mulai belajar dan menimba ilmu dari orang yang pandai berakrobat. Dari situ, ia mulai mempelajari ilmu berakrobat hingga direkrut oleh kelompok sirkus yang ada di Madiun dan Magetan.

Karena kondisinya tak sempurna, Mbah Rebo diberi tugas sebagai pengendara sepeda kayuh tanpa tangan dalam pertunjukan sirkus. Selain itu, Mbar Rebo juga memeragakan penggunaan samurai yang diputar secara cepat di lehernya. “Samurai panjang dan tajam saya taruh di leher dan secara cepat saya putar-putar,” ujar bapak lima anak itu.

Tidak hanya itu, Mbah Rebo juga pernah memerankan sebagai orang yang dilindas kendaraan bermotor seperti truk dan mobil. Pernah juga, ia memeragakan sebutir telur yang ditaruh di pundak dan menjaga tetap utuh serta tidak boleh jatuh.

“Saya dulu juga jago memanjat pohon kelapa dan mengelupas kelapa tanpa alat. Saya hanya menggunakan gigi dan mengelupas kelapa hingga pecah,” kata pria beristri dua ini.

Selama mengikuti tim akrobat itu, kata Mbah Rebo, ia juga pernah tampil di luar Jawa Timur, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan tampil di Pulau Sumatra.

Saat itu, dalam satu kali tampil, dirinya bisa mendapatkan bayaran senilai Rp15.000. Bayaran tersebut biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan untuk makan dirinya saat bekerja.

Pekerjaannya sebagai pemain akrobat dilakoninya hingga puluhan tahun. Terakhir kali, dia beraksi di tim akrobat yaitu pada tahun 2000-an di daerah Nganjuk. Itu menjadi kenangan termanis sebelum dirinya pensiun dari pekerjaanya itu karena faktor usia.

“Saya sekarang sudah tidak bisa melakukan akrobat itu lagi. Ilmunya sudah hilang,” kata kakek-kakek yang rambutnya sudah beruban ini.

Kini hidup Mbah Rebo sudah jauh dari hal-hal akrobat yang membahayakan itu. Kini Mbah Rebo menjalani hidup di rumah dan berkumpul bersama keluarga dan tetangga.

Perangkat Desa Sukorejo, Joko, mengatakan Mbah Rebo di Desa Sukorejo memang terkenal sebagai orang yang ahli berakrobat. Selain itu, Mbah Rebo juga dikenal sebagai pekerja seni seperti ludruk dan ketoprak.

“Mbah Rebo itu menangan [selalu menang] dalam berkelahi. Meskipun dia tidak punya tangan dan lawannya punya tangan,” kata dia sambil tertawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya