Jatim
Rabu, 15 Mei 2024 - 16:43 WIB

Kisah Calhaj Asal Lamongan Gemetar Lihat Masjid Nabawi

Newswire  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Muhammad Heppy (kiri) dan Hari Suhartono (kanan) anggota jemaah calon haji asal Lamongan yang tengah beribadah di Masjid Nabawi. (ANTARA/Asep Firmansyah)

Solopos.com, MADINAH — Muhammad Heppy, 33, dan Hari Suhartono, 58, tak kuasa menahan air mata saat tiba di Masjid Nabawi untuk kali pertama setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia menumpang pesawat.

Kedua pria asal Lamongan, Jawa Timur, yang tergabung dalam kelompok terbang embarkasi Surabaya (SUB) ini baru tiba sehari di Madinah saat tim Media Center Haji (MCH) menemui mereka di pelataran Masjid Nabawi, Selasa (14/5/2024).

Advertisement

Saat itu, dua calon haji ini tengah bersiap-siap melaksanakan salat zuhur di area luar Masjid Nabawi.

“Saya gemetar, saking gembira, senang, dan masih mempertanyakan kenapa saya bisa ke sini. Tidak pernah terpikir bisa ke sini,” kata Heppy dengan dialek kentalnya sebagaimana dikabarkan Antara.

Advertisement

“Saya gemetar, saking gembira, senang, dan masih mempertanyakan kenapa saya bisa ke sini. Tidak pernah terpikir bisa ke sini,” kata Heppy dengan dialek kentalnya sebagaimana dikabarkan Antara.

Heppy adalah satu di antara jutaan orang yang mendapat panggilan sebagai tamu Allah di Tanah Suci. Namun sebenarnya, Heppy bukanlah calon haji terdaftar. Ia menggantikan posisi ayahnya yang tidak bisa berangkat haji karena kondisi kesehatan yang sudah tidak memungkinkan berangkat.

Apalagi saat ini Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Kementerian Agama RI memasukkan syarat istithaah kesehatan saat akan melakukan pelunasan biaya haji.

Advertisement

Heppy mau tak mau menggantikan ayahnya yang terkena strok, untuk menemani sang ibunda. “Semoga pahala yang harusnya diterima bapak bisa melalui saya,” kata dia.

Senada dengan Heppy, Hari Suhartono pun merasakan getaran yang sulit digambarkan ketika menginjakkan kaki di Masjid Nabawi untuk kali pertama.

Perjuangan menabung dan menunggu selama 12 tahun lamanya, seolah terbayar tuntas. “Cukup terharu ternyata perjuangan, sabar, pasrah, itikaf, seperti terbayar gitu, mas,” kata dia.

Advertisement

Jika dahulu dia hanya melihat kemegahan Masjid Nabawi melalui siaran televisi, kini ia menjadi salah satu anggota jemaah yang bisa beribadah langsung di Masjid Nabawi.

Ia pun merasakan adagium bahwa setiap muslim itu bersaudara, seperti yang disampaikan ustaz-ustaz yang ada di tempat tinggalnya.

Ketika di Masjid Nabawi, ia selalu menyapa maupun disapa dengan jemaah dari negara lain, kendati keterbatasan bahasa menjadi salah satu kendala.

Advertisement

“Di dalam (masjid) berbagai macam suku bangsa, saling ngasih salam,” kata dia.

Bagi Heppy dan Hari, datang ke Tanah Suci dan bisa beribadah di Masjid Nabawi menjadi pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan dan akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak dan cucu-cucunya kelak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif